-->

Gairah Menggali Ruang


Snarkitecture

Pada tahun 1992, seorang praktisi arsitektur bernama Daniel Arsham menyaksikan bagaimana hurricane memporak-porandakan rumahnya. Saat musibah itu terjadi, ia dan keluarganya benar-benar tengah berada di dalam rumah. Sebagai seorang arsitek, Arsham akrab dengan bagaimana arsitektur dirancang serta dibangun dengan berbagai metode. Akan tetapi baginya peristiwa tersebut telah memberikan pengalaman yang sama sekali baru, yakni merasakan bagaimana arsitektur diurai kembali. 

“Experiencing that and seeing what architecture is actually made out of and how it’s actually built was an experience – watching architecture explode and walls literally melt and erode and burst open with water and leaves and branches and wind.” (Lee, 2011)


Gambar 1. Richard Chai Pop-Up Store.

Selain arsitektur, Arsham juga berpraktek dalam bidang seni dan performance. Ia menganggap bahwa ketiga ilmu tersebut merupakan ilmu yang saling mempengaruhi satu sama lain., Dalam prakteknya, beliau seringkali memudarkan batas antara ketiga ilmu tersebut. Dengan mengaburkan batas tersebut, gagasan datang kepadanya melalui berbagai macam pengalaman yang tidak diduga-duga, termasuk pengalamannya ketika diterjang hurricane. 

“He makes architecture do things it’s not supposed to do, mining everyday experience for opportunities to confuse and confound our expectations of space and form.” (www.snarkitecture.com) 

Snarkitecture adalah suatu bentuk kolaborasi antara Arsham dengan kerabatnya, Alex Mustonen. Istilah Snarkitecture terinspirasi dari sebuah puisi karya Lewis Carroll. Puisi itu mengisahkan tentang sekelompok orang yang berkelana mencari monster bernama Snark. Akan tetapi peta yang mereka miliki hanya berupa peta buta, sehingga mereka tidak mengetahui wujud Snark dan dimana posisinya.Snarkitecture kemudian merefleksikan metodenya sesuai dengan ideologi tersebut. Mereka sering bermain bersama dengan seniman atau designer lain dan menciptakan karya yang bebas dari petunjuk pasti. Snarkitecture berfokus kepada investigasi material, struktur dan program, dan bagaimana elemen tersebut dapat dimanipulasi membentuk karya yang baru dan penuh imajinasi. Salah satu karya mereka adalah instalasi retail temporer yang merupakan hasil kolaborasinya dengan seorang desainer bernama Richard Chai seperti terlihat pada gambar 1. Karya ini berupa sebuah instalasinya kerukan menggunakan alat tangan sederhana yang menghasilkan bentuk seperti tanah yang terkena erosi yang disesuaikan oleh sudut pandang Richard Chai sebagai seorang desainer.

DIG

DIG adalah instalasi terbaru Daniel Arsham yang menggabungkan antara ilmu arsitektur, seni dan performance menjadi sebuah karya yang sarat makna. DIG merupakan hasil eksplorasi architecture of excavation, yakni menggali apa sebenarnya dibalik permukaan. 

“Normally, if you smash a wall corner with a hammer, there would be studs and electrical wire and plumbing and everything else that is hidden within the architecture. The erosions imagine the architecture as a solid form so when they eroded there was actually a white form behind that, as if the wall was a solid entity.” (Lee, 2011) 

Arsham mengemukakan bahwa di balik permukaan dinding terdapat sistem, yakni distribusi listrik, air dan limbah. Bayangkan saja apabila sistem tersebut tidak ada, maka tempat tinggal akan mati. Sistem tersebut merupakan hal yang penting namun tersembunyi dan sering terlupakan. Sama seperti yang diutarakan Steve Pile tentang sistem di bawah kota:“Beneath the city, there are connection that make the city work. These connection are not, however, innocent of power relation.” (Steve Pile, 2001). Diluar dari kritik tersebut, instalasi DIG melewati proses desain yang sangat menarik. Prosesnya sangat interaktif dan kontemporer, yakni menggabungkan antara presisi arsitektur dengan seni memahat yang ‘sembarangan’. “The solid volume is excavated and inhabited by basic necessity, but also engages in careful play with the existing architecture of Storefront. DIG uncovers the inconceivable within the conceivable.” (www.snarkitecture.com) 

Umumnya tempat tinggal dibangun dengan menciptakan surface yang dapat mendefinisikan volume. Manusia membangun satu alas, empat dinding dan satu atap, dan hal tersebut mendefinisikan ruang dalam. Namun pada umumnya, manusia tidak tahu besaran ruang yang benar-benar dibutuhkan. Manusia menciptakan ruang yang tidak efektif. DIG menyatakan sebaliknya. Proses pembangunan dimulai dengan adanya sebuah solid form yang kemudian digali untuk menciptakan ruang yang dibutuhkan. Menggali dan memahat ‘ruang’ mewakili proses desain yang primitif, yakni menciptakan ruang yang seperlunya saja, dengan pekakas tangan sederhana, yakni palu.


2
Gambar 2. D for Display/ Exhibition


3
Gambar 3. I for Intensify/ Installation


4
Gambar 4. G for Group/ Performance

Instalasi ini terdiri dari beberapa tahap yang berbeda. Pada tahap awal, D for Display / Exhibition, di galeri Storefront akan diadakan talkshow untuk membahas persiapan desain. Terdapat juga maket eksplorasi yang dipajang di dinding galeri. Kemudian dalam tahap selanjutnya, I for Intensify / Installation, galeri Storefront akan dipenuhi oleh foam putih. Fasad galeri ini berubah menjadi seperti gua. Tahap terakhir adalah G for Group / Performance, dimana Daniel Arsham akan membentuk ruang di dalam kubus putih tersebut. Proses membentuk ruang ini dapat dilihat oleh masyarakat umum sebagai sebuah hiburan yang menarik. 

Arsham akan bertinggal selama sebulan di dalam galeri, sehingga ruang yang digali benar-benar berdasarkan kebutuhan dasar bertinggal manusia dan dengan demikian dapat memahami konsep primitif secara lebih dalam,. Proses pembuatan ruang tersebut menjadi sangat natural. Salah satu contoh pengembangan ruang secara natural dapat dilihat pada masyarakat miskin kota Nottingham yang mampu menciptakan ruang bawah tanah dengan menggalinya dengan pekakas tangan sederhana. Masyarakat kota Nottingham menyadari apabila mereka menggali tanah terlalu banyak maka tanah kota Nottingham akan runtuh. Sehingga mereka membangun ruang di bawah tanah yang seefisien mungkin sesuai dengan boundary aktivitas mereka sehari-hari seperti terlihat pada gambar 5.


5
Gambar 5. Diagram kebutuhan ruang untuk bertinggal penduduk Nottingham


Digging through the layers

6ax
Gambar 6. Metode eksperimen Digging through the layers

Eksperimen yang terlihat pada gambar 6 merupakan upaya melanjutkan gagasan Daniel Arsham tentang architecture of excavation, yakni metode membentuk ruang dengan ‘menggali’ benda padat. Namun demikian, istilah ‘menggali’ ini didefinisikan lebih luas. Dalam karyanya, Arsham menggunakan dirinya sebagai aktor, solid form sebagai media dan ‘mengeruk’ sebagai perilaku menggali. Dalam eksperimen ini, saya menggunakan ulat sebagai aktor, tumpukkan daun sebagai media dan ‘memakan’ sebagai perilaku menggali. Apabila Arsham menggunakan palu untuk menggali, maka ulat menggunakan organ mulutnya untuk ‘menggali’. 

Ulat menjadi objek yang menarik untuk dipelajari karena memiliki hubungan yang kuat dengan daun sebagai tempat tinggalnya. Hal ini selaras dengan metode Arsham ketika ia mengeruk solid foam sekaligus meninggalinya selama satu bulan. Ulat juga melihat daun sebagai makanan sekaligus tempat tinggalnya. Dengan demikian proses pembentukan ruangnya dapat terjadi dengan natural dan tidak terkekang oleh kepresisian desain. Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati bagaimana proses ulat memakan daun dilihat sebagai bentuk eksplorasi gagasan dalam metode merancang ruang arsitektur. 

Untuk melengkapi kajian, berikut adalah proses metamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu (Wikipedia).
  1. Telur menempel pada daun inang selama 2-7 hari.
  2. Ulat (larva) berumur 14-20 hari dan telah berganti kulit sebanyak 4-5 kali. Pada umur tersebut rata-rata ulat telah mengkonsumsi daun setara luasan 30 cm2
  3. Kepompong (chrysalis/pupa) akan berpuasa dan beristirahat selama 14-16 hari.
  4. Kupu-kupu dewasa (imago) berumur antara 14-24 hari. 
Berdasarkan proses metamorfosis tersebut saya berasumsi mendapati bahwa ulat dalam eksperimen saya merupakan ulat yang akan memasuki fase yang kedua. Ulat yang saya temukan berwarna hijau muda dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm dan diameter kira-kira 0,5 cm. Seperti yang disebutkan diatas, ulat dalam fase kedua akan memakan daun sebanyak-banyak untuk mengumpulkan kebutuhan energi pada fase kepompong. Hal tersebut mendukung eksperimen saya untuk melihat bagaimana ulat ‘menggali’ daun sebagai metode pembentukan ruang yang efektif. 

Pada hari pertama, saya memasukkan ulat ke dalam sebuah wadah dengan tutup yang telah diisi oleh 20 tumpukkan daun segar. Tumpukkan daun tersebut saya kaitkan dengan tusuk sate agar tidak tercecer. Daun tersebut sengaja saya tumpuk mewakili benda padat sebagai media awal pembentukan ruang. Ulat tersebut kemudian saya tinggalkan selama 12 hari. Hipotesis awal saya adalah bahwa ulat akan memakan daun pada layer paling atas terlebih dahulu, hingga daunnya habis. Kemudian baru akan memakan daun pada layer yang lebih bawah. Akan tetapi, pada hari ketiga, saya temukan sudah ada berkas gigitan ulat pada daun layer pertama dan kedua. Pada layer pertama daun sudah habis setengah bagian, sedangkan pada layer kedua daun sudah habis tiga-perempat bagian, yang membuktikan bahwa hipotesis saya keliru.

Caterpillar’s space

6bx
Gambar 7. Hasil ‘penggalian’ ruang oleh ulat

Pada hari ke-12 saya melihat hasil yang cukup signifikan baik pada diri ulat maupun tumpukan daun. Setelah ulat memakan daun cukup banyak sebagai cadangan energi saat fase kepompong, ukuran tubuh ulat pun menjadi lebih besar. Setelah 12 hari, ulat tersebut memiliki panjang kira-kira 6 cm, dan diameter kira-kira 1 cm. Tubuh ulat pun tidak berwarna hijau polos lagi, tetapi mulai dipenuhi oleh corak-corak hitam-kuning yang cantik.
Saya juga menemukan pola-pola gigitan ulat pada daun yang bervariasi pada tiap layer-nya, seperti yang terlihat pada gambar 7. Daun pada layer pertama (t), kedua (s), ketiga (r), dan keempat (q) sudah hampir habis. Kemudian pada layer berikutnya, yakni layer p, o, n, m, l, k, j, i, dan h, cukup konsisten dengan area gigitan ulat pada sisi dan porsi yang sama. Sedangkan pada layer-layer terbawah, yakni g, f, e, d, c, b, dan a, ditemukan kembali daun dengan porsi gigitan yang cukup banyak dan lebih random. 

Dari hasil eksperimen selama 12 hari, ternyata hipotesis saya kembali salah. Ternyata ulat memakan daun lebih random dari yang saya prediksi. Tetapi secara metode, saya dapat dikatakan berhasil meneruskan gagasan Daniel Arsham tentang gagasan digging-nya, yakni hasil akhir yang natural dan jauh dari kepresisian teknis. Metode ulat tersebut memakan daun saya sejajarkan dengan seni menggali yang mengikuti naluri alami. Pada hari ke-13 saya mencoba melanjutkan eksperimen ini, saya kembali menumpuk 20 daun segar hingga membentuk kubus padat dan mengaitkannya dengan tusuk sate. Saya masukkan kembali ulat yang sama ke dalam wadah tertutup yang telah berisi tumpukan daun segar. Namun pada hari ke-16, saya menemukan perilaku ulat yang unik. Ulat mengambil selembar daun dan melingkari tubuhnya. Kemudian ulat mengeluarkan lendir dan membentuk benang-benang halus untuk merekatkan tubuhnya ke daun.Pada awalnya saya mengira bahwa ulat ini akan mati, namun setelah saya mencari informasi di internet tentang metamorfosis kupu-kupu, saya menduga bahwa ulat tersebut telah memasuki fase kepompong. 

Berdasarkan informasi tentang metamorfosis kupu-kupu yang telah saya paparkan sebelumnya, saat telah menjadi kepompong, maka ulat tersebut akan berpuasa dan beristirahat selama 12-14 hari. Hingga saya menulis essai ini, fase kepompong baru berjalan selama 8 hari sehingga perkembangan selanjutnya tidak dapat dilaporkan. Akan tetapi berdasarkan eksperimen tersebut, dapat diketahui bahwa ‘penggalian’ ruang sangat berpengaruh terhadap pembentukan batas-batas ruang. Seperti yang terjadi pada ulat dan daun tersebut, perlakuan terhadap batas-batas ruang ini menjadi penanda gerak-gerik makhluk hidup secara keseluruhan dalam jangka waktu tertentu.

Referensi

Arsham, Daniel dan Mustonen, Alex. Snarkitecture, (Online), (http://www.snarkitecture.com, diakses 22 September 2011)
Lee, Ricky. (2011). Art Talks: Architect and Artist Daniel Arsham, (Online), (http://www.anothermag.com/current/view/1039/Architect_and_artist_Daniel_Arsham, diakses 22 September 2011)
Pile, Steve . (2001). The Un(known) City: An Urban Geography of What Lies Buried below the Surface. Cambridge: The MIT Press.Snarkitecture.
Wikipedia. Metamorphosis, (Online), (http://www.wikipedia.com, diakses 22 September 2011)

Apa itu superblock?



Superblok merupakan salah satu konsep penataan ruang yang memaksimalkan fungsi lahan pada lahan yang terbatas. konsep ini disebut-sebut oleh para ahli tata ruang merupakan salah satu solusi dalam mengembangkan perkotaan dengan lebih efisien. efisien energi dan efisien dalam hal pemanfaatan lahan yang terbatas pada kawasan perkotaan. Karena pada konsep ini semua fungsi pemenuhan kebutuhan manusia disediakan dalam satu kawasan yang kecil. Seperti membuat kota sendiri pada lahan 300 Ha2 . ada fungsi permukiman , perdagangan, pendidikan, jasa, rekreasi dan fungsi-fungsi lainnya dalam lahan yang terbatas tersebut. Jadi kita tidak perlu melakukan kegiatan mobilisasi yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bekerja, sekolah, belanja dapat dilakukan dalam kawasan kecil ini, yang disebut dengan superblock. Sehingga diharapakan dapat menghemat energy dan waktu yang selama ini bayak di habiskan untuk kegitan mobilisasi, dari rumah ketempat kerja, rumah-sekolah, rumah-pasar, dan sebaliknya. Contoh-contoh superblok ini biasanya akan banyak ditemui pada wilayah yang sudah padat penduduk. Di Jakarta misalnya, akan banyak ditemui “kota-kota kecil” didalamnya , misalnya Season City Jakarta, Central Park Podomoro City, dll.

Konsep awal superblock


Superblok sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak awal abad ke-19, yaitu dengan konsep dasarnya adalah mengatasi kemacetan melalui peningkatan kepadatan. Tokoh penting yang mengemukakan konsep ini adalah Le Corbusier, yaitu seorang arsitek dan urbanis beraliran sentries. Karya Le Corbusier yang dihasilakn pada tahun 1935 adalah La Ville Radieuse atau Radiant City, yaitu merupakan sebuah rancangan kota dengan model practical dan menggunakan analogi City as machine yang terdiri dari komponen-komponen dengan fungsi yang jelas dan saling terkait untuk menghasilkan suatu kinerja tertentu. Rancangan ini diusulkan untuk dibangun di pusat kota Paris, untuk meningkatkan kapasitas perkotaan dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan dan efisiensi kota (kostof, 1991 ; Breheny, 1996). Gagasan ini memang tidak pernah direalisasikan, akan tetapi konsep ini telah mengilhami dan menginspirasi pengembangan dan perkembangan superblok lain diberbagai kota dan Negara. 

*pidato pengukuhan Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah MadaProf. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP. M. Sc.,Ph.D.

Strategi Perancangan Superblok

Strategi perancangan superblok yang perlu dipertimbangkan (Kamil, 2008) : 

pertama Identity branding. Banyaknya kawasan-kawasan sejenis menyebabkan setiap kawasan superblok harus memiliki identitas tematik. Dengan identitas ini maka kawasan tersebut memiliki posisi pasar yang kuat dan berbeda dengak kawasan-kawasan lainnya. 

Kedua Mix of uses. Superblok yang mandiri harus memiliki tata guna lahan yang bersifat campuran (mixed-use). Peruntukan lantai dasar harus digunakan untuk kegiatan retail atau fungsi publik aktif yang secara fisik transparan untuk menjamin hadirnya aktifitas publik dari pagi hingga malam hari. 

Ketiga Massing Framework. Tata bangunan dalam superblok harus memiliki kepekaan terhadap konteks urban. Konsep ‘streetwall’ dimana deretan bangunan lurus ejajar mendefinisi kan ruang jalan disarankan agar dikombinasikan dengan penggunaan ruang di zona garis sempadan bangunan (GSB) sebagai jalur publik aktif. Satu bangunan yang mencolok, yang karena ketinggiannya atau keunikannya diperlukan sebagai tengaran (landmark) yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang tidak terlalu menonjol. 

Keempat Efficient Vehicular Circulation. Konsep sirkulasi kendaraan dirancang seefisien mungkin. Strategi yang tebaik adalah dengan menyediakan transportasi publik internal yang tehubung dengan jaringan transportasi publik kota. 

Kelima Multi-Layers Pedestrian Lingkage. Pada dasarnya superblok harus menjadi kawasan yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Untuk itu, jalur pejalan kai tidak hanya disediakan di lantai dasar, melainkan juga dilanntai-lantai atas yang menghubungkan dan menembus gedung-gedung yang berada disekitar kawasan tersebut.

Struktur Tata Ruang

Definisi Struktur Ruang

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang.

Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005: 97, yaitu
  • Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan. 
  • Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat. 
  • Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka hijau. 
  • Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas.
Bentuk dan model struktur ruang

Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan (retail) terbagi menjadi tiga, yaitu (Sinulingga, 2005:103-105)

1. Monocentric city

Monocentric city adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah penduduknya belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan yang sekaligus berfungsi sebagai CBD (Central Bussines District).

2. Polycentric city

Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan tidak efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu pusat pelayanan yang jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota. Fungsi pelayanan CBD diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang dinamakan sub pusat kota (regional centre) atau pusat bagian wilayah kota. Sementara itu, CBD secara berangsur-angsur berubah dari pusat pelayanan retail (eceran) menjadi kompleks kegiatan perkantoran komersial yang daya jangkauan pelayanannya dapat mencakup bukan wilayah kota saja, tetapi wilayah sekeliling kota yang disebut juga wilayah pengaruh kota.

CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota (regional centre) akan membentuk kota menjadi polycentric city atau cenderung seperti multiple nuclei city yang terdiri dari: 
  • CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks perkantoran 
  • Inner suburb (kawasan sekeliling CBD), yaitu bagian kota yang tadinya dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan setelah berkembang sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi sebagian lagi dilayani oleh sub pusat kota 
  • Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh sesuai perkembangan kota 
  • Outer suburb (pinggiran kota), yaitu bagian yang merupakan perluasan wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub pusat kota 
  • Urban fringe (kawasan perbatasan kota), yaitu pinggiran kota yang secara berangsur-angsur tidak menunjukkan bentuk kota lagi, melainkan mengarah ke bentuk pedesaan (rural area)
3. Kota metropolitan

Kota metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk wilayah metropolitan.

Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat – pusat pelayanannya diantaranya: 
1. Mono centered 
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain. 
2. Multi nodal 
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat selain terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan pusat. 
3. Multi centered 
Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung satu sama lainnya. 
4. Non centered 
Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat. Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
 
Model Struktur Ruang 
Sumber : Sinulingga 2005 

Selain itu beberapa penulis juga menggolongkan tipologi struktur sebagai gambar berikut:
 
Tipologi Struktur Ruang 
Sumber : Wiegen (2005) 

Pengertian pusat dan sub pusat pelayanan kota

Pusat kota merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi. Jika dilihat dari fungsinya, pusat kota merupakan tempat sentral yang bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah di belakngnya, mensuplainya dengan barang-barang dan jasa-jasa pelayanan, jasa-jasa ini dapat disusun menurut urutan menaik dan menurun tergantung pada ambang batas barang permintaan. Pusat kota terbagi dalam dua bagian:
  • Bagian paling inti (The Heart of The Area) disebut RBD (Retail Business District) Kegiatan dominan pada bagian ini antara lain department store, smartshop, office building, clubs, hotel, headquarter of economic, civic, political. 
  • Bagian diluarnya disebut WBD (Whole Business District) yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi dalam jumlah yang besar antara lain pasar dan pergudangan.
Sedangkan menurut Arthur dan Simon (1973), pusat kota adalah pusat keruangan dan administrasi dari wilayahnya yang memiliki beberapa ciri, yaitu 
  • Pusat kota merupakan tempat dari generasi ke generasi menyaksikan perubahan-perubahan waktu. 
  • Pusat kota merupakan tempat vitalitas kota memperoleh makanan dan energi, dengan tersebarnya pusat-pusat aktivitas seperti pemerintahan, lokasi untuk balai kota, toko-toko besar, dan bioskop. 
  • Pusat kota merupakan tempat kemana orang pergi bekerja, tempat ke mana mereka ”pergi ke luar”. 
  • Pusat kota merupakan terminal dari pusat jaringan, jalan kereta api, dan kendaraan umum. 
  • Pusat kota merupakan kawasan di mana kita menemukan kegiatan usaha, kantor pemerintahan, pelayanan, gudang dan industri pengolahan, pusat lapangan kerja, wilayah ekonomis metropolitan. 
  • Pusat kota merupakan penghasilan pajak yang utama, meskipun kecil namun nilai bangunan yang ada di pusat kota merupakan proporsi yang besar dari segala keseluruhan kota, karena pusat kota memiliki prasarana yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi. 
  • Pusat kota merupakan pusat-pusat fungsi administratif dan perdagangan besar, mengandung rangkaian toko-toko eceran, kantor-kantor profesional, perusahaan jasa, gedung bioskop, cabang-cabang bank dan bursa saham. Dalam kota kecil yang swasembada, kawasan ini juga menyediakan fasilitas perdagangan besar mencakup pusat-pusat administratif dan transportasi yang diperlukan.
Sedangkan pengertian sub pusat pelayanan kota adalah suatu pusat yang memberikan pelayanan kepada penduduk dan aktivitas sebagian wilayah kota, dimana ia memiliki hirarki, fungsi, skala, serta wilayah pelayanan yang lebih rendah dari pusat kota, tetapi lebih tinggi dari pusat lingkungan.

Faktor-faktor timbulnya pusat pelayanan

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu pusat-pusat pelayanan, yaitu:

1. Faktor Lokasi 
Letak suatu wilayah yang strategis menyebabkan suatu wilayah dapat menjadi suatu pusat pelayanan. 
2. Faktor Ketersediaan Sumber Daya 
Ketersediaan sumber daya dapat menyebabkan suatu wilayah menjadi pusat pelayanan. 
3. Kekuatan Aglomerasi 
Kekuatan aglomerasi terjadi karena ada sesuatu yang mendorong kegiatan ekonomi sejenis untuk mengelompok pada sutu lokasi karena adanya suatu keuntungan, yang selanjutnya akan menyebabkan timbulnya pusat-pusat kegiatan. 
4. Faktor Investasi Pemerintah 
Ketiga faktor diatas menyebabkan timbulnya pusat-pusat pelayanan secara ilmiah, sedangkan faktor investasi pemerintah merupakan sesuatu yang sengaja dibuat (Artificial). 

Perkembangan kota dan struktur ruang

Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Menurut J.H.Goode dalam Daldjoeni (1996: 87), perkembangan kota dipandang sebagai fungsi dari pada faktor-faktor jumlah penduduk, penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial. 

Sedangkan menurut Bintarto (1989), perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zone-zone yang berada di dalam wilayah perkotaan. Dalam konsep ini Bintarto menjelaskan perkembangan kota tersebut terlihat dari penggunaan lahan yang membentuk zone-zone tertentu di dalam ruang perkotaaan sedangkan menurut Branch (1995), bentuk kota secara keseluruhan mencerminkan posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya. Branch juga mengemukakan contoh pola-pola perkembangan kota pada medan datar dalam bentuk ilustrasi seperti : 
a) topografi, 
b) bangunan, 
c) jalur transportasi, 
d) ruang terbuka, 
e) kepadatan bangunan, 
f) iklim lokal, 
g) vegetasi tutupan dan 
h) kualitas estetika.

Secara skematik Branch,menggambarkan 6 pola perkembangan kota, sebagai berikut :
Pola Umum Perkembangan Perkotaan 
Sumber : Branch, 1996 

Berdasarkan pada penampakan morfologi kota serta jenis penyebaran areal perkotaan yang ada, Hudson dalam Yunus (1999), mengemukakan beberapa alternatif model bentuk kota. Secara garis besar ada 7 (tujuh) buah model bentuk kota yang disarankan, yaitu;
  • bentuk satelit dan pusat-pusat baru (satelite and neighbourhood plans), kota utama dengan kota-kota kecil akan dijalin hubungan pertalian fungsional yang efektif dan efisien; 
  • bentuk stellar atau radial (stellar or radial plans), tiap lidah dibentuk pusat kegiatan kedua yang berfungsi memberi pelayanan pada areal perkotaan dan yang menjorok ke dalam direncanakan sebagai jalur hijau dan berfungsi sebagai paru-paru kota, tempat rekreasi dan tempat olah raga bagi penduduk kota; 
  • bentuk cincin (circuit linier or ring plans), kota berkembang di sepanjang jalan utama yang melingkar, di bagian tengah wilayah dipertahankan sebagai daerah hijau terbuka; 
  • bentuk linier bermanik (bealded linier plans), pusat perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan-kiri pusat perkotaan utamanya, pertumbuhan perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama maka pola umumnya linier, dipinggir jalan biasanya ditempati bangunan komersial dan dibelakangnya ditempati permukiman penduduk; 
  • bentuk inti/kompak (the core or compact plans), perkembangan kota biasanya lebih didominasi oleh perkembangan vertikal sehingga memungkinkan terciptanya konsentrasi banyak bangunan pada areal kecil; 
  • bentuk memencar (dispersed city plans), dalam kesatuan morfologi yang besar dan kompak terdapat beberapa urban center, dimana masing-masing pusat mempunyai grup fungsi-fungsi yang khusus dan berbeda satu sama lain; dan 
  • bentuk kota bawah tanah (under ground city plans), struktur perkotaannya dibangun di bawah permukaan bumi sehingga kenampakan morfologinya tidak dapat diamati pada permukaan bumi, di daerah atasnya berfungsi sebagai jalur hijau atau daerah pertanian yang tetap hijau.

Beberapa Alternatif Bentuk Kota 
(Sumber : Hudson, 1999)

Jenis Jenis Kolom Beton

Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:

1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.



2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud

3. Struktur kolom komposit. Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.


Hasil berbagai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih tangguh daripada yang menggunakan tulangan sengkang, seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini.


Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis.

Kolom Utama

Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).




Kolom Praktis

Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
III. Dasar- dasar Perhitungan
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:

1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.

2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.

3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.

4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.

Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:

1. Kuat perlu
2. Kuat rancang

No. Kondisi Faktor reduksi (ø)

1. Lentur tanpa beban aksial 0.8
2. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0.8
3. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur

a. Tulangan spiral maupun sengkang ikat
b. Sengkang biasa: 0.7, 0.65

Asumsi Perencanaan


ORGANISASI RUANG DALAM ARSITEKTUR

Bentuk Terpusat
Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara visual dalam keteratuan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, ataupun silinder. Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk tersebut sangat ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi oleh lingkunganya, mendominasi sebuah titik didalam ruang, atau menempati pusat suatu bidang tertentu. Bentuk ini dapat menjadi symbol tempat-tempat yang suci atau penuh penghormatan, atau untuk mengenang kebesaran seseorang atau suatu peristiwa.
       
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengeIiIingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan. Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingnya. Ruang-ruang sekunder dan suatu organisasi mungkin setara satu sama lain dalam fungsi, bentuk dan ukuran. Menciptakan suatu konfigurasi keseluruhan yang secara geometnis teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih. Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap:


  • kebutuhan akan fungsi. 
  • menunjukkan kepentingan relatif. 
  • lingkungan sekitar. 
  • kondisi tapak.Pola sirkuIasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral.
Hampir dalam setiap kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
contoh gambar :

                                           gambar denah lapangan olahraga beserta gambar tribun.
Bentuk Linier
 
Bentuk garis lurus atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara proposional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan bentuk dapat berupa pengulanangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsure lain yang terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah diding atau jalan.


  • Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelolkkan sebagai penyeluaian terhadap kondisi setempat seterti topografi, pemandangan tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada dalam tapak. 
  • Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu ruang luar atau membentuk bidang masuk ke suatu ruang di belakangnya. 
  • Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian. 
  • Bentuk linier dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsure menara untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang. 
  • Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga bermacam-macam unsure lain dapat ditempatkan disitu.


Linear jg merupakan suatu urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang berulang. Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.

Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa dalam ukuran, bentuk, dan fungsi.
Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun sepanjang rangkaian linier.


Derajat kepentingannya ditegaskan melalui ukuran, bentuk, maupun lokasinya.

  • Penempatan ruang penting pada bagian tengah rangkaian linier. 
  • Penempatan ruang penting pada ujung rangkaian linier.
  • Penempatan ruang penting pada titik-titik belok rangkaian linier.
  • Penempatan ruang penting di luar organisasi linier.
Bentuk organisasi Iinier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam kondisi dan bentuk tapak. Bentuknya dapat lurus, bersegmen, atau melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horisontal sepanjang tapak, diagonal menaiki suatu kemiringan, atau berdiri tegak seperti sebuah menara. Bentuk-bentuk lengkung dan bersegmen pada organisasi linier melingkupi daerah ruang eksterior pada sisi cekungnya dan mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke pusat daerah. Pada sisi cembungnya bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang di hadapannya terhadap Iingkungannya.
 contoh gambar :





Bentuk radial
 
Suatu bentuk radial terdiri dari atas bentuk-bentuk linier yang berkembang dari suatu unsure inti terpusat kearah luar menurut jari-jarinya. Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dan linier menjadi satu komposisi.

Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional seluruh organisasi. Posisinya yang terpusat dapat dipertegas dengan suatu bentuk visual dominant, atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari lengan-lengan radialnya.


Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa dengan bentuk linier, yaitu sifat ekstrovertnya. Lengan-lenga radial dapat menjangkau ke luar dan berhubungan atau meningkatkan diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak. Lengan-langan radial dapat membuka permukaanya yang diperpanjang untuk mencapai kondisi sinar matahari, angin, pemandangan atau ruang yang diinginkan.
Organisasi bentuk radial dapat dilihat dan dipahami dengan sempurna dari suatu titik pandang di udara. Bila dilihat dari muka tanah, kemungkinan besar unsure pusatnya tidak akan dengan jelas, dan pola penyeberan lengan-lengan linier menjadi kabur atau menyimpang akibat pandangan perspektif.



Bentuk kelompok (cluster)

Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan bentuk-bentunya, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki aturan deometrik dan sifat introvert bentuk perpusat organisasi kelompok cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan orientasi ke dalam strukturnya. Berdasarkan fleksibilitasnya, organisasi kelompok bentuk-bentuk dapat diorganisir dengan berbagai cara sebagai berikut:
  • Dapat dikaitkan sebagai anggota tambahan terhadap suatu bentuk atau ruang induk yang lebih besar.
  • Dapat dihubungkan dengan mendekatkan diri untuk menegaskan dan mengekspresikan volumenya sebagai suatu kesatuan individu.
  • Dapat menghubungkan volume-volumenya dan bergabung menjadi suatu bentuk tunggal yang memiliki suatu variasi tampak
Suatu organisasi kelompok dapat juga terdiri dari bentuk-bentuk yang umumnya setera dalam ukuran, wujud dan fungsi. Bentuk-bentuk ini secara visual disusun menjadi sesuatu yang koheren, organisasi nonhirarki, tidak hanya melalui jarak yang saling berdekatan namun juga melalui kesamaan sifat visual yang dimilikinya.
Sejumlah bentuk perumahan kelompik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk arsitektur tradisional dari berbagai kebudayaan. Meskipun tiap kebudayaan melahirkan suatu jenis yang unik sebagai tanggapan terhadap factor kemampuan teknis, iklim dan social budaya, pengorganisasian perumahan kelompok ini pada umumnya mempertahankan individualitasnya masing-masing unitnya serta suatu tingkat keragaman moderat dalam konteks keseluruhan penataan. Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan visual. 


Organisasi dalam bentuk kelompok atau “cluster” mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi. Di dalam komposisinya, organisasi ini juga dapat menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti simetri atau sumbu. Karena pola nya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.

Ruang-ruang cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang melaluinya. Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang tertentu atau dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang yang telah dibentuk. Kondisi simetris atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian organisasi dan membantu menegaskan pentingnya suatu ruang atau kelompok ruang.

contoh gambar :





Bentuk grid

Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada perpotongan garis-garis grid dan bidang-bidang beraturan yang dibentuk oleh garis-garis grid itu sendiri.

Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur sangkar. Karena kesamaan demensi dan sifat semetris dua arah, grid bujur sangkar pada prinsipnya, tak berjenjang dan tak berarah. Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai skala yang membagi suatu permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikannya suatu tekstur tertentu. Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup beberapa permukaan suatu bentuk dan menyatukannya dengan bentuk geometri yang berulang dan mendalam.


Bujur sangkar, bila diproyeksikan kepada dimensi ketiga, akan menimbulkan suatu jaringan ruang dari titik-titik dan garis-garis referensi. Di dalam kerangka kerja modular ini, beberapa bentuk dan ruang dapat diorganisir secara visual.

Sistem Struktur pada Bangunan Gedung Bertingkat

Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini :

a) Struktur Rangka atau Skeleton
Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi dari kolomkolom dan balok-balok. Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan media pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.
Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen lain untuk melengkapi kebutuhan bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem  dan komponen tersebut diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan. Dapat dikatakan bahwa elemen yang menempel pada rangka bukanlah elemen struktural (elemen non-struktural). Bahan yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah  kayu, baja, beton (Gambar 4.19) termasuk beton pra-cetak . Semua bahan tersebut harus tahan terhadap gaya-gaya tarik, tekan, puntir dan lentur. Saat ini bahan yang paling banyak digunakan adalah baja dan beton bertulang
karena mampu menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang besar. Untuk bahan pengisi non-strukturalnya dapat digunakan bahan yang ringan dan tidak mempunyai daya dukung yang besar, seperti susunan bata, dinding kayu, kaca dan lainnya.
Sistem rangka yang dibentuk dengan elemen vertikal dan horisontal baik garis atau bidang, akan membentuk pola satuan ukuran yang disebut grid (Gambar4.20). Grid berarti kisi-kisi yang bersilangan tegak lurus satu dengan lainnya membentuk pola yang teratur. Berdasarkan pola yang dibentuk serta arah penyaluran pembebanan atau gayanya, maka sistem rangka umumnya terdiri atas dua macam yaitu: sistem rangka dengan bentang satu arah (one way spanning) dan bentang dua arah (two way spanning). Bentuk grid persegi panjang menggunakan sistem bentang satu arah, dengan penyaluran gaya ke arah bentang yang pendek. Sedangkan untuk pola grid yang cenderung bujursangkar maka penyaluran gaya terjadi ke arah kedua sisinya, maka sistem struktur yang digunakan adalah sistem bentang dua arah. Aksi struktur dua arah dapat diperoleh jika perbandingan dimensi bentang panjang dengan bentang pendek lebih kecil dari 1,5.
Sistem struktur rangka banyak berkembang untuk aplikasi pada bangunan tinggi (multi-storey structure) dan bangunan dengan bentang lebar (long-span structure)
b) Struktur Rangka Ruang
Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang  dengan penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya (gambar 4.21). Struktur rangka ruang adalah komposisi dari batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan atau gaya tarik yang sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi atau ruang. Bentuk rangka ruang dikembangkan dari pola grid dua lapis (doubel-layer grids), dengan batang-batang yang menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional.
Elemen dasar pembentuk struktur rangka ini adalah:
- Rangka batang bidang
- Piramid dengan dasar segiempat membentuk oktahedron
- Piramid dengan dasar segitiga membentuk tetrahedron
Beberapa sistem selanjutnya dikembangkan model rangka ruang berdasarkan pengembangan sistem konstruksi sambungannya antara lain:
- Sistem Mero
- Sistem space deek
- Sistem Triodetic
- Sistem Unistrut
- Sistem Oktaplatte
- Sistem Unibat
- Sistem Nodus
 Sistem NS Space Truss
c) Struktur Permukaan Bidang
Struktur permukaan bidang termasuk juga struktur form-active biasanya digunakan pada keadaan khusus dengan persyaratan struktur dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Struktur-struktur permukaan bidang pada umumnya menggunakan material-material khusus yang dapat mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dengan ketebalan yang minimum. Beberapa jenis struktur ini antara lain:
 Struktur bidang lipat
Struktur bidang lipat dibentuk melalui lipatan-lipatan bidang datar dengan kekakuan dan kekuatan yang terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri. Bentuk lipatan akan mempunyai kekakuan yang lebih karena momen inersia yang lebih besar, karena bentuk lipatan akan memiliki ketinggian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan plat datar.
Struktur cangkang
Struktur cangkang adalah sistem dengan pelat melengkung ke satu arah atau lebih yang tebalnya jauh lebih kecil daripada bentangnya. Gaya-gaya yang harus didukung dalam struktur cangkang disalurkan secara merata melalui permukaan bidang sebagai gaya-gaya membran yang diserap oleh elemen strukturnya. Gaya-gaya disalurkan sebagai gaya normal, dengan demikian tidak terdapat gaya lintang dan lentur. Resultan gaya yang tersebar diserap ke dalam struktur dengan gaya tangensial yang searah dengan kelengkungan bidang permukaannya.
Struktur membran
Struktur membran mempunyai prinsip yang sama dengan struktur cangkang, tetapi dengan bahan bidang permukaan yang sangat tipis. Kekakuan selaput tipis tersebut diperoleh dengan elemen tarik yang membentuk jala-jala yang saling membantu untuk menambah kapasitas menahan beban-beban lendutan.
d) Struktur Kabel dan Jaringan
Struktur kabel dan jaringan dikembangkan dari kemampuan kabel menahan gaya tarik yang tinggi. Dengan menggunakan sistem tarik maka tidak diperlukan sistem penopang vertikal untuk elemen horisontalnya (lantai atau atap), sehingga daerah di bawah elemen horisontal (ruang) memiliki bentangan yang cukup besar. Bangunan dengan aplikasi sistem struktur in I akan sangat mendukung untuk bangunan bentang luas berbentang lebar, seperti dome, stadion, dll. Sistem yang dikembangkan pada struktur kabel antara lain :
-Struktur atap tarik dengan kolom penunjang
-Struktur kabel tunggal
-Struktur kabel ganda

Utilitas pada dasarnya adalah bagaimana bangunan dapat dipenuhi kebutuhannya terhadap sistem elektrikal, sistem mekanikal, sistem penanggulangan bahaya kebakaran, sistem transportasi, dan sistem telekomunikasi.

untuk bangunan 10 lantai, tentu saja sudah termasuk kategori bangunan middle rise building, dimana kebutuhan utilitas menjadi hal yang penting. saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda dengan singkat, dan semoga berguna :

1. Sistem elektrikal
Bangunan 10 lantai menggunakan energi yang besar. Sumber energi pada umumnya adalah melalui PLN atau melalui generator. Oleh karena itu dibutuhkan ruangan panel untuk menampung panel listrik utama dan meterannya, genset dan kelengkapannya, termasuk ruang teknisinya. Setiap lantai sebaiknya diberi ruang elektrikal yang berisi panel-panel pembagi untuk ruangan di lantai tersebut. Ruangan sebaiknya tidak diakses untuk umum karena sifatnya servis. Sebisanya, manfaatkan sistem alami untuk mengurangi penggunaan energi listrik berlebihan. Sebisanya pisahkan panel untuk kebutuhan pencahayaan, kebutuhan peralatan/mesin besar, dan kebutuhan lingkungan.

2. Sistem mekanikal
Yang dimaksud sistem mekanikal disini adalah sistem penghawaan AC, air bersih, air kotor, air limbah dan air buangan.

a. Air Conditioning (AC)
Ada 2 sistem, yaitu :
1) Sentral, yaitu menggunakan Chiller, AHU, Ducting, FCU, Cooling Tower (utk sistem water to water). Sistem ini berguna untuk bangunan-bangunan besar seperti kantor dan mall.
2) Split, yaitu yang menggunakan indoor unit dan outdoor unit (seperti AC rumah biasa). Sistem ini cocok untuk bangunan seperti apartemen dan hotel.

b. Air Bersih
Sumber air adalah berasal dari PAM, atau menggunakan sumur dalam, yang kemudian ditampung dalam reservoir atau tanki. Tanki ini bisa diletakkan di atas atau di bawah, atau di keduanya. Ada dua sistem distribusi yang digunakan untuk air bersih, yaitu :
1) Sistem Up Feed
yaitu air dipompakan dari bawah ke outlet air.
2) Sistem Down Feed
yaitu air dipompakan dari bawah ke reservoir atas, untuk kemudian disalurkan ke outlet air secara gravitasi.
Kebutuhan pompa akan tergantung dari tinggi/jarak dari sumber penampungan air di bawah ke sumber penampungan air di atas / outlet air.
Pipa untuk air bersih biasanya di cat biru.

c. Sistem Air Kotor
Sumber air kotor kita kenal dengan toilet, dimana limbah padat dari toilet yang harus dikeluarkan menuju septic tank.
Panduannya adalah usahakan toilet selalu dalam posisi yang sama tiap lantainya, agar tidak terjadi pembelokan pipa yang bisa berakibat kebocoran. Selain itu harus ditambahkan pipa pembuangan gas agar tidak terjadi desakan gas dari sumber ke septic tank yang dapat menimbulkan resiko septic tank meledak karena penuh gas.
Pipa untuk air kotor biasanya di cat hitam.

d. Sistem air limbah
Air limbah juga biasa dikenal dengan grey water. Biasanya grey water akan disaring sebelum dikeluarkan ke tempat pembuangan akhirnya. Hal ini dilakukan agar tidak mencemari lingkungan.

e. Sistem air buangan/limpasan
Biasanya air buangan/limpasan ini adalah untuk pembuangan air hujan yang jatuh di atap bangunan. Air ini sebaiknya ditampung untuk cadangan air bangunan, Kalaupun mau dibuang, bisa langsung dibuang ke riol atau saluran terbuka karena pada dasarnya air ini masih bersih. Yang perlu diperhatikan adalah saluran untuk air buangan/limpasan ini harus cepat tersalurkan ke bawah, karena kalau volume nya besar akan menimbulkan beban bagi bangunan.

3. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Pada dasarnya ada .... hal yang harus diperhatikan dalam penanggulangan bahaya kebakaran, yaitu :
a. Deteksi, bisa menggunakan smoke detector atau fire detector
b. Pemadaman, biasanya dengan tabung pemadam atau dengan sprinkler dan hydrant
c. Evakuasi, biasanya dengan tangga darurat dan koridor dengan hydrant

4. Sistem transportasi
Untuk bangunan 10 lantai, tentu saja dibutuhkan lift. Sebaiknya menggunakan lift yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, supaya tidak boros energi karena lift menggunakan listrik yang besar. Selain itu lift juga disarankan dibuat zona-zona dan dibuat lift express (yang hanya singgah di lantai-lantai tertentu).
Selain itu tangga darurat juga dibutuhkan, hal ini sama dengan evakuasi untuk bahaya kebakaran. Tangga darurat sebaiknya langsung mengarah keluar bangunan.
Selain lift dan tangga, ada juga tangga berjalan (eskalator) maupun ramp (lantai datar yang miring), atau pun conveyor (semacam ramp tapi mekanis).

5. Sistem Telekomunikasi
Bangunan 10 lantai tentu membutuhkan sistem komunikasi internal agar bisa menghemat biaya. sistem ini seperti jaringan telepon, interkom, internet, dan tata suara. Ruangan komunikasi sebaiknya diletakkan di lantai satu. Tersedia shaft tersendiri yang terpisah dari shaft elektrikal dan mekanikal untuk sistem ini.

Materi Referensi :
198x, Poerbo, Hartono, Utilitas Bangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta
200x, Suwana, Jimmy. S, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta
http://masisnanto.blogdetik.com/2008/12/29/ac-central-air-water-system/#more-45

Back To Top