-->

Teori Lokasi Kawasan Perumahan


Luhst (1997) menyebutkan bahwa kualitas kehidupan yang berupa kenyamanan, keamanan dari suatu rumah tinggal sangat ditentukan oleh lokasinya, dalam arti daya tarik dari suatu lokasi ditentukan oleh dua hal yaitu lingkungan dan aksesibilitas.

Lingkungan oleh Luhst didefenisikan sebagai suatu wilayah yang secara geografis dibatasi dengan batas nyata, dan biasanya dihuni oleh kelompok penduduk. Lingkungan mengandung unsur-unsur fisik dan sosial yang menimbulkan kegiatan dan kesibukan dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur tersebut berupa gedung-gedung sekolah, bangunan pertokoan, pasar, daerah terbuka untuk rekreasi, jalan mobil dan sebagainya.

Aksesibilitas merupakan daya tarik suatu lokasi dikarenakan akan memperoleh kemudahan dalam pencapaiannya dari berbagai pusat kegiatan seperti pusat perdagangan, pusat pendidikan, daerah industri, jasa pelayanan perbankan, tempat rekreasi, pelayanan pemerintahan, jasa profesional dan bahkan merupakan perpaduan antara semua kegiatan tersebut. Penilaian dari aksesibilitas bisa berupa jarak dari Central Business Distrik atau CBD, kemudahan mendapat pelayanan dari transportasi umum yang menuju lokasi bersangkutan atau bisa juga dilihat dari lebar jalan yaitu semakin sempit lebar jalan suatu lahan, maka berarti aksesibilitas dari tempat yang bersangkutan kurang baik.

Pertimbangan lain yang sangat menentukan pemilihan lokasi perumahan adalah nilai tanah, seperti diungkapkan oleh Richard M Hurds dalam Haikal Ali (1996) dengan teori Bid-rent yang menyatakan bahwa nilai lahan sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk membayar karena faktor ekonomi dan keinginan tinggal di lokasi dan kedekatan.

Teori ini muncul karena semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, untuk mendapatkan harga lahan yang murah maka penduduk bergerak kearah pinggiran kota. Dengan kata lain seamakin jauh lokasinya dari pusat kota, semakin menurun permintaan akan tanah. Dan apabila tanah banyak, maka sewa yang ditawarkan orang untuk membayar tanah per meter bujur sangkarnya menurun mengikuti jaraknya dari pusat kota. Dengan demikian tanah dipinggiran luar kota, persaingannya berkurang dan harga yang ditawarkan untuk tanah perumahan lebih tinggi harganya dibandingkan tanah tersebut ditawarkan untuk pendirian toko, karena tanah dipinggiran kota lebih banyak diperuntukan bagi perumahan.

Berry dan Harton dalam Nasucha (1995) menjelaskan hubungan antara harga tanah dengan pencapaian atau aksesibilitas yang diukur dengan jarak dari pusat kota. Pencapaian atau akses akan semakin menurun secara bertahap kesemua arah dari pusat kota, sehingga harga tanah akan semakin berkurang seiring dengan makin jauhnya lokasi tersebut terhadap pusat kota. Tanah yang berada di sepanjang jalan utama harga sewanya akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga sewa tanah yang tidak berada di jalan utama.



Hubungan Sewa Tanah dengan Tata Guna Lahan (Berry dan Harton)

Goodall (1972) menyebutkan bahwa beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh suatu keluarga dalam memilih sebuah rumah yaitu :
a) suasana kehidupan di lingkungan
b) lokasi perumahan
c) keadaan fisik rumah
d) kelengkapan fasilitas rumah
e) nilai prestisius
f) harga rumah
g) pendapatan keluarga

Suharsono (Wonosuprojo dkk, 1995) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi permukiman dari sudut geomorfologi adalah :
a) relief, meliputi kemiringan dan besar sudut lereng,
b) tanah, meliputi daya dukung tanah dan tekstur,
c) proses geomorfologi, meliputi tingkat erosi, kenampakan gerakan masa kedalam saluran dan kerapatan aliran.
d) batuan, meliputi tingkat kelapukan batuan dan kekuatan batuan,
e) hidrologi, meliputi kedalaman air tanah pada sumur gali,
f) klimatologi, meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara relatif, kecepatan dan arah mata angin,
g) penggunaan lahan,
h) jaringanan jalan dan jembatan, saluran pembuangan limbah, dan drainase,
i) kependudukan dan sosial ekonomi.

Prayogo Mirhard (Wonosuprojo dkk, 1993) membahas tentang pengadaan perumahan bagi berbagai tingkat pendapatan dan penentuan lokasi permukiman yang baik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Aspek Teknis Pelaksanaan
1) Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug, pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.
2) Bukan daerah banjir, gempa, angin ribut, perayapan
3) Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti
4) Kondisi tanah baik, sehingga konstruksi bangunan direncanakan semurah mungkin
5) Mudah mendapat air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan
6) Mudah mendapat bahan bangunan
7) Mudah mendapat tenaga kerja

b) Aspek Tata Guna Tanah
1) Tanah secara ekonomis lebih sukar dikembangkan secara produktif
2) Tidak merusak lingkungan yang telah ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya
3) Sejauh mungkin mempertahankan fungsi sebagai reservoir air tanah,dan penampung air hujan.

c) Aspek Kesehatan
1) Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan polusi
2) Lokasi sebaiknya tidak terlalu terganggu kebisingan
3) Lokasi sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik, sekolah, puskesmas dan lainnya untuk kepentingan keluarga
4) Lokasi sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja penghuni

d) Aspek Politik Ekonomis
1) Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitarnya
2) Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat disekitarnya untuk membangun rumah dan lingkungan yang sehat
3) Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan mendapat keuntungan yang wajar.

Dasra (1995) mengatakan bahwa faktor-faktor dominan dalam penentuan lokasi perumahan adalah :
a) Arah perkembangan kota, dengan faktor penentu adalah keadaan fisik kota (seperti adanya sungai, topografi tanak dsb)
b) Ketersediaan lahan dan harga tanah
Tersedianya lahan yang belum terbangun, semakin mahal harga tanah maka biaya unit satuan perumahan akan semakin tinggi.
c) Kondisi sosial budaya
Kecenderungan perkembangan penduduk (kepadatan, jumlah dan pertumbuhan penduduk) menentukan kebutuhan akan rumah.
d) Aksesibilitas
Tersedianya sarana transportasi, baik skala lokal maupun regional.
e) Transportasi dan utilitas
Tersedianya pola jaringan jalan, jariingan listrik, jaringan telepon, jaringan drainase serta jaringan air bersih.

Koestoer (1997) lebih menekankan pada faktor aksesibilitas sebagai pengaruh utama dalam memilih lokasi tempat tinggal yaitu kemudahan transportasi dan kedekatan jarak. Koestoer berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara ketersediaan angkutan umum lokal dengan pertumbuhan lokasi tempat tinggal, adanya pelayanan angkutan umum menyebabkan kemudahan dalam mencapai lokasi tempat tinggal yang berada di daerah pinggiran kota, sehingga semakin baik pelayanan transportasi akan mempengaruhi pertumbuhan suatu lingkungan permukiman.

Yeri (2004) mengatakan faktor lokasi menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan perumahan. Faktor lain yang dipertimbangkan oleh konsumen adalah aspek lingkungan, fisik rumah, fungsi rumah dan kedekatan dengan berbagai fasilitas perkotaan lainnya. Selain itu kondisi lingkungan yang asri, udara segar, ketersediaan air bersih, kenyamanan dan kondisi lingkungan yang aman akan menajdi pertimbangan konsumen.


Daftar Pustaka:
Asteriani, Febby (2005). “Analisis Peringkat Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi Ruko Dari Sudut Pandang Pengguna dan Pengembang Ruko Di Kota Pekanbaru”. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.

Haikal Ali,(1996). “Kajian Kebijaksanaan Pemerintah Kota Administratif Klaten Dalam Penentuan Lokasi Perumahan”. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.

Nasucha,Chaizi.(1995). Politik Ekonomi Pertanahan dan Struktur Perpajakan Atas Tanah. Kesaint Blanc, Jakarta.
Koestoer, (2001). Tapak Keruangan Perkotaan. UI Press, Jakarta.

Luhst,K.M.,(1997). Real Estate Valuation. Principles Aplication, USA.

Worosuprojo, S. Risyanto, B R., Budi, S., (1993). “Kesesuaian Lahan Untuk Pemukiman di Kecamatan Galur dan Kecamatan Lendah di Dati II Kulon Progo Propinsi DIY”. Fakultas Geografi, UGM, Yogyakarta.

Yeri, Ehwan, (2004). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Perumahan Di Kota Bandar Lampung”. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.

Metode Pelaksanaan Plumbing


Instalasi Air bersih :
  • Hal yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah denah Plumbing serta Diagram Isometri dimana dapat diketahui jalur-jalur instalasi pipa itu diletakkan.
  • Pemasangan pipa dilaksanakan setelah pasangan bata dan sebelum pekerjaan plesteran dan acian, fungsi untuk menghindari bobokan yang menyebabkan keretakan dinding. (Untuk instalasi dalam bangunan).
  • Untuk pemasangan di luar bangunan seperti pipa saluran air hujan dikerjakan setelah pekerjaan plesteran diselesaikan.
  • Pipa yang melewati plat dak atau balok atau kolom beton harus dipasang sparing atau pemipaan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pengecoran.
  • Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan plug/dop yang tidak mudah lepas (menghindari kotoran/adukan masuk sehingga terjadi penyumbatan).
  • Hindari belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran.
  • Posisi pipa pada kamar mandi harus disesuaikan dengan saniter
  • Rencana instalasi air bersih diletakkan pada perempatan nat keramik / as keramik, simetris dengan luas keramik.
  • Setelah instalasi terpasang segera diadakan test tekanan pipa :
           - Untuk pipa Gip maximum 10 Bar
           - Untuk pipa PVC maximum 6 Bar

Instalasi air Kotor
  • Hal yang perlu diketahui :Denah instalasi dan diagram isometris pipa air kotor serta jalur pembuangan.
  • Hindari /jangan terlalu banyak percabangan.
  • Sambungan harus betul-betul rapat.
  • Untuk air bekas (mandi/cuci) harus dibuat Manhole untuk kontrol pembersihan (bak kontrol) pada tempat-tempat tertentu.
  • Untuk lubang saluran pembuang harus diberi saringan.
  • Sparing harus melebihi rencana peil lantai beton & tebal beton. ( diatas plat = 25 cm, dibawah plat = 15 cm ), bagian atas supaya ditekuk atau digepengkan / ditutup dengan cara dipanaskan.
  • Posisi sparing harus sesuai dengan type saniter (jika saniter telah ditentukan).
  • Jika saniter belum ditentukan , dipakai sistem Block Out.
  • Sparing Clean out harus dipasang bersamaan dengan sparing closet (bila ada), dimana letak sparing clean out berada di samping atau dekat dengan sparing closet, fungsinya adalah untuk pembersihan apabila closet terjadi penyumbatan.
  • Fan out dipasang bila dalam instalasi saluran kotor banyak percabangan dengan saluran pembuangannya lewat shaft. Fungsinya untuk mengurangi tekanan udara pada pipa pada saat closet di gelontor dengan air.
  • Floor drain supaya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan kurasan bak.

Saluran Air Hujan.
  1. Pipa diletakkan persis dibawah lobang talang yang telah diberi torong talang.
  2. Pipa saluran air hujan dapat dipasang menempel di dinding luar dengan menggunakan lem atau dapat ditanam di dinding bila berukuran < 2 “.
  3. Bila saluran pembuang air hujan berupa saluran tertutup harus dibuat bak kontrol pada pertemuan pipa air hujan dengan saluran pembuang.
  4. Bila terdapat sambungan, arah shock harus sebelah atas, dan penyambungannya harus benar-benar kuat.
Saluran Pipa Wc ke Septictank
  • Pipa saluran dari closet menuju ke septictank harus diperhatikan kemiringannya, karena kemiringan pipa dapat memperlancar penyaluran kotoran apabila digelontor dengan air, kemiringan minimal 2 %.
  • Pipa sebaiknya dipergunakan kwalitas yang baik atau minimal type D.
  • Jangan ada percabangan untuk pipa yang ditanam di tanah (bangunan 1 lantai), karena bila ada penyumbatan susah untuk perbaikannya. Untuk bangunan bertingkat (ada shaft) harus dibuat clean out dan fan out.
PENYAMBUNGAN PIPA
  • Alat : Gergaji, Amplas, Lem PVC, Shell tape, Kunci Pipa
  • Untuk pipa PVC, dipotong sesuai dengan ukuran ujungnya diamplas terlebih dahulu dan dibersihkan oleskan lem pada ujung dan dalam shock (penyambung) segera masukkan gerakan arah lurus jangan diputar, tunggu sampai kering. Apabila belum kering betul posisi sambungan jangan digerakkan, karena akan menyebabkan lem yang telah dioles menjadi tidak rekat.
  • Pada sambungan pipa yang mempunyai drat terlebih dulu dibungkus sheeltape secukupnya pada drat sisi luar baru dimasukkan drat dalam dan diputar sampai kencang dan rapat.
  • Pada penyambungan pipa besi lebih banyak dipakai sistem drat dan las. Untuk penyenaian pipa minimum 4 baris/alur/drat.

Ukuran, Jenis, dan Kualitas Bata



Saat ini ukuran batu bata yang beredar dipasaran mempunyai ukuran dimensi bervariasi baik yang dijumpai dari hasil pabrikasi maupun hasil pekerjaan lokal atau industri rumah tangga. Untuk bangunan, ukuran standard yang biasa dipergunakan adalah :
  • Panjang 240 mm, Lebar 115 mm dan Tebal 52 cm
  • Panjang 230 mm, Lebar 110 mm dan Tebal 50 cm
Penyimpangan yang diijinkan untuk ukuran tersebut adalah : Panjang maksimum 3%, Lebar maksimum 4 % dan Tebal maksimum 5%.

Jenis Batu Bata :
  • Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu bata biasa dan bata muka. Bata biasa memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk dingding dengan menggunakan morta(campuran semen) Ssebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah. Bata muka , memiliki permukaan yang baik dan licin dan memupnyai warna dan corak yang sragam . Disamping dipergunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup d dan sebagai dekoratif.
  • Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 serta air yang ditekankan kedalama campuran sehingga membentuk batu bata.
Klasisifikasi Kekuatan Bata
  • Berdasarkan Kuat Tekan
  1. Mutu Bata Kelas I : Kuat Tekan Rata – rata lebih besar dari 100 kg/cm2.
  2. Mutu Bata Kelas II :Kuat Tekan Rata-rata 80 – 100 kg/cm2
  3. Mutu Bata Kelas III : Kuat Tekan Rata-rata 60 – 80 kg/ cm2
  • Berdasarkan Compressive Strength (Bata Jenuh air ) dan Penyerapan Air

  1. Batu Bata Kelas A : Compressive strength diatas 69,0 N/mm2 dan nilai penyerapan tidak lebih 4,5 %
  2. Batu Bata Kelas B : Compressive strength diatas 48,5 N/mm2 dan nilai penyerapan tidak lebih 7%
Kualitas Batas :
  • Batu bata harus bebas dari retak atau cacat, dan dari batu dan benjolan apapun
  • Batu bata harus seragam dalam ukuran, dengan sudut tajam dan tepi yang rata.
  • Permukaan harus benar dalam bentuk persegi satu sama lainuntuk menjamin kerapian pekerjaan.
  • Mempunyai ukuran, kuat tekan dan daya serap air yang dipersyaratkan
Pengecekan Batu bata yang baik :

  1. Secara visual pengujian batu bata yang baik dan mempunyai kekuatan yang baik akan memberikan suara dering jika diketok. Sebuah suara kusam menunjukkan batu bata yang lembut atau goyah.
  2. Sebuah batu bata yang baik tidak harus menyerap lebih dari sepersepuluh jumlah air. Sebuah tes yang sederhana dapat dilakuakn dengan cara : Mengambil sebuah batu bata dan menimbang ukurannnya, kemudian batu bata direndam air selama 24 jam, kemudian berat air ditimbang. Selisih i hasi timbangan setelah direndam dan sebelum direndam maka dapat dihitung jumlah daya serap air nya.

Atap Bertanaman Ekologis Ban Fungsional

Taman diatas atap adalah jenis atap yang baru-baru ini berkembang dengan pesat, digunakan baik untuk rumah tinggal maupun bangunan komersial. Tujuannya adalah agar bisa memiliki taman meskipun berada diatas bangunan. Dalam merencanakan konstruksi taman diatas atap, kita harus memperhatikan dahulu faktor keamanan berupa beban yang harus dipikul oleh keseluruhan struktur yaitu dak beton itu sendiri, beban tanah dan lapisan taman, tanaman dan juga manusia. Dalam artikel ini saya pilihkan buku yang ditulis Heinz Frick berjudul ’Atap bertanaman ekologis dan fungsional’.

Kutipan: Beban tambahan yang perlu diperhitungkan dalam tahap desain meliputi:
  • Beban mati yang meliputi berat dari kotak tanaman atau dinding pembatas taman lainnya. Untuk bahan beton bertulang, berat lazimnya mencapai 24 kN/m2. Berat ini tentunya dapat bervariasi tergantung apakah struktur beton ini dalam keadaan basah atau kering. 
  • Beban hidup dapat terdiri atas berat kering dan bash dari media tanam (tanah), pepohonan, air, dan juga orang yang menggunakan atap bertanaman ini. 
  • Beban hidup yang diperhitungkan untuk penggunaan (untuk atap datar yang dapat dipergunakan tidak hanya untuk pemeliharan taman) adalah sekitar 1.5 kN/m2 denah. 
  • Berat dari tanah yang basah mencapai sekitar 22 kN/m3. Tanah pada atap bertanaman ini beratnya tentu bervariasi tergantung pada ketebalan lapisan tanah yang dipakai. Sebagai gambaran umum, kedalaman lapisan tanah ini berkisar antara 0.3-0.5 m untuk jenis taman yang ditanami oleh rumput dan perdu dan berkisar antara 1-1.5m untuk pohon pelindung yang berukuran kecil dan sedang. 
  • Beban angin harus dipertimbangkan dengan matang dalam desain atap bertanaman dengan jalan memasukkan angka yang sesuai untuk beban tekanan yang disebabkan oleh angin. Beban tekanan (tiupan) angin ini tergantung pada ketinggian tempat, bentuk pohon (rimbun tidaknya) dan tipe struktur bangunan yang menopang atap bertaman tersebut. 
  • Posisi dari beban terpusat di suatu lokasi atap bangunan yang ditimbulkan oleh pohon dan beban tambahan struktural lainnya sangat penting untuk dipikirkan sejak awal sehingga pekerjaan kedap air (waterproofing) telah dipersiapkan sebelumnya dan pelat atap mempunyai kekuatan yang memadai untuk diberi beban tekanan akibat dari tambahan berat ini. 
  • Sangat penting bagi para pemilik, pengguna, dan pihak manajemen gedung untuk memperhatikan kterbatasan beban atap yang diizinkan dengan cara tidak membuat taman di sembarang lokasi pada atap. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang dapat membahayakan keamanan struktur bangunan akibat diletakkannya taman dan pepohonan yang berat pada atap yang seharusnya tidak boleh dibebani. 
  • Secara alamiah, setiap pohon dan tanaman akan tumbuh dan bertambah berat sejalan dengan perkembangannya. Hal ini juga harus diperhatikan dalam perhitungan struktur sebagai beban tambahan yang akan terkumpul seiring dengan bertambahnya usia bangunan. 
Aspek Konstruksi dan Susunannya
  • Atap bertanaman pada dasarnya disusun sebagai berikut: 
  • Atap pelat beton bertulang dengan plesteran finishing semen; atau 
  • atap konstruksi kayu dengan lapisan papan atau multipleks; 
  • lapisan kedap air yang tahan terhadap akar tanaman; 
  • lapisan pelindung lapisan kedap air terhadap kerusakan mekanis; 
  • lapisan drainase (pengaliran air); 
  • lapisan penyaring; 
  • lapisan media tanam (tanah dan sebagainya); serta 
  • vegetasi (tanaman/pepohonan) 
Ketebalan dari konstruksi taman diatas atap akan bervariasi tergantung pada tanaman yang akan ditanam, rancangan sistem, dan fungsi tambahan lainnya disekitar taman.

Membuat Sirkulasi Udara Kamar Mandi Lebih Baik




Bagi sebagian orang, kamar mandi merupakan salah satu bagian rumah yang di jadikan perhatian khusus. Mereka menganggap kamar mandi adalah ruangan paling privasi dari seluruh bagian rumah. Maka tidak heran jika kamar mandi di buat senyaman mungkin dengan desain khusus.



Saat Mandi
Sebaik apapun desain sebuah kamar mandi jika tidak ada sirkulasi udara yang memadai, maka sia-sia saja karena tidak terjaganya kelembaban dalam ruangan. Apalagi jika pemilik sering menggunakan shower untuk mandi dengan air hangat.


Saat mandi dengan shower memang nyaman, tetapi kamar mandi akan penuh terisi uap dan menjadi tetesan air saat dingin. Akhirnya kamar mandi jadi lembab. Kelembaban yang berlebih disamping tidak baik untuk kesehatan juga menyebabkan masalah jamur di dinding kamar mandi. Kan sayang, sudah desainnya mahal begitu pun dengan harga peralatannya tetapi jadi kotor dan tidak sedap dipandang.

Perbandingan Penyebaran Bau

Kamar mandi bersih dan harum merupakan hal positif yang perlu ditekankan selain kebersihan seluruh bagian rumah. Tidak hanya diluar rumah, polusi udara juga terjadi didalam kamar mandi jika sirkulasi udara tidak berjalan seharusnya. Ada yang berinisiatif untuk menggunakan pengharum ruangan. Tapi apa jadinya jika bau yang tidak sedap bercampur dengan pengharum dan itu berlangsung agak lama. Hiiiii..



Perbandingan Kelembaban Setelah Mandi dengan Shower


Disini memang belum menguji didalam kamar mandi sesungguhnya. Namun gambar dibawah dapat dijadikan acuan dan perbandingan. Hasilnya beda-beda tipis dan bukan pilihan bagus untuk kamar mandi tanpa sirkulasi yang cukup.



Efek kelembaban Berlebih


Anda mungkin dengan pasti mengetahui atau di waktu sekolah dulu minimal pernah dengar cerita bahwa jamur tumbuhnya tidak ditempat yang bersih dan kering. Pertumbuhan jamur akan sangat baik jika berada dalam area lembab. Jamur yang sifatnya parasit sangat mempengaruhi tempat tinggalnya. Tidak hanya sebuah pohon, bahkan tembok pun bisa dibuat tidak berdaya oleh jamur. Pada akhirnya ketahanan rumah menjadi terpengaruh.


Nah bapak-bapak, ibu-ibu dan adik-adik sekalian saatnya solusi tentang penjabaran sebab dan akibat yang disebabkan oleh sirkulasi udara yang tidak baik dalam kamar mandi diatas.
  1. Jika Anda sedang akan membuat rumah atau hanya mau menambah kamar mandi, letakkan kamar mandi pada bagian sisi dari sebuah rumah. Jangan ditengah-tengah ruangan dan sisi luar tidak terhalang penuh. Dengan menempatkan disisi bagian rumah, maka akan sangat mudah untuk menambahkan ventilasi (baik jendela kecil atau ventilating fan).
  2. Jika Anda sudah memiliki kamar mandi yang berada ditengah-tengah ruangan, pakailah ventilating fan yang diletakkan dibagaian plafon. Jangan membuat ventilasi udara, karena akan mengganggu ruangan lain.
  3. Jika Anda sudah memiliki kamar mandi yang berada disisi bagian rumah, maka sangat mudah membuat jendela kecil atau dengan menggunakan ventilating fan.
  4. Jika Anda cukup mampu maka belilah ventilating fan. Ventilating Fan akan sangat baik digunakan karena dapat membuat sirkulasi udara terjadi lebih cepat dan dapat menjaga kelembaban pada level terendah dengan efektif. Pastinya akan membuat kamar mandi Anda tetap kering dan jauh dari jamur.

Teknik Pembuatan Beton

Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan bangunan. Beton terdiri dari pasta, agregat dan admixture. Dalam membuat suatu beton dengan mutu tertentu perlu ditentukan jumlah pasta dan agregat yang sesuai. Pasta adalah campuran semen dan air yang digunakan untuk merekatkan agregat-agregat dalam beton. Jumlah pasta pada pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat total beton. Sedangkan jumlah agregat sebesar 60-70%.


Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan, keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah proses perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan yang telah dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah proses perawatan selama 28 hari. Pada hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi 70% dari kondisi normalnya. Pada proses perawatan beton diusahakan agar temperatur ruang perawatan jangan terlalu dingin, juga beton diusahakan jangan terlalu
kering karena akan menyebabkan getas.

1. semen dan air

Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus. Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembutan beton adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan, bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat kimia lain. Contohnya, semen portland abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan kembali dari produksi pembakaran gas.

Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat mempercepat proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn pengerjaan. Pada reaksi kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan untuk reaksi. Air bermanfaat dalam mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat merendahkan permeabilitas dan kekuatan beton.

Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Fungsi dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak mudah goyah. Selain itu, semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan membentuk beton agar padat. Proporsi dari kedua campuran semen dan air menentukan sifat-sifat dari beton yang dibentuk.

2. agregat

Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:
  • Menghasilkan beton yang murah
  • Menimbulkan volume beton yang stabil
  • Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut

Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta pemecahan pada batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi.

3. admixture dan additif

Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai dalam pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu jenis beton yang membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contoh-contoh zat admixture :

  • super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air
  • pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air
  • retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu pengerjaan
  • bahan warna : memberi bahan warna

UNSUR - UNSUR DALAM PERENCANAAN

Memahami unsur-unsur perencanaan merupakan keharusan untuk menghindari kesalahan yang tidak perlu terjadi. Unsur-unsur perencanaan adalah keadaan yang dapat mempengaruhi hasil perencanaan. Keadaan-keadaan itu dapat berwujud peraturan dan persyaratan formal yang berlaku atau keadaan pada tanah setempat yang terjadi secara alami.

Lebih lanjut keadaan yang merupakan unsur perencanaan dapat di golongkan atas tiga jenis :
1. Keadaan tanah setempat
2. Keadaan iklim setempat
3. Orientasi tanah setempat
  • Keadaan tanah setempat
Sebagaimana diketahui, situasi dan kondisi tanah di setiap tempat tidak selalu sama. Pertama-tama harus di lihat unsur-unsur perencanaan formal yang berupa peraturan dan persyaratan yang berlaku pada tanah setempat. Dalam peraturan dan persyaratan yang berlaku pada tanah setempat yang tercakup bentuk dan jenis bangunan yang boleh didirikan, garis-garis bangunan dan jalan yang mengatur tata letak bangunan yang baik, teratur, dan terencana pada suatu wilayah sesuai dengan norma-norma pembangunan kota.


Untuk mengetahui peraturan dan persyaratan formal yang berlaku, dapat di tempuh dengan cara sebagai berikut :

Pertama-tama mengajukan permohonan pengukuran dan pemetaan persil tanah yang di miliki pada Dinas Tata Kota setempat. Kemudian berdasarkan hasil pengukuran pengukuran dan pemetaan itu diajukan permohonan keterangan rencana (advise planning) pada Dinas Tata Kota setempat. Keterangan teknis lebih lanjut bisa didapat dari Dinas Pembangunan Pengawasan Kota setempat.

Peta situasi, keterangan rencana dan peraturan/persyaratan formal tersebut merupakan pedoman dasar dalam perencanaan. Akan tetapi agar diketahui unsur-unsur perencanaan yang lebih jelas dan lengkap, perlu di adakan penelitian secara langsung pada persil tanah setempat.

Dengan penelitian langsung pada persil tanah setempat akan di ketahui lebih jelas keadaan yang terjadi secara alamiah, misalnya :
  1. Perbedaan tinggi rendahnya tanah
  2. Kekerasan/kepadatan tanah
  3. Kecepatan dan arah aliran udara
  4. Kebisingan dan frekuensi lalu lintas
  5. Tumbuh-tumbuhan/pohon yang ada di sekitar persil
Hasil penelitian keadaan tanah setempat merupakan data yang sangat penting dalam perencanaan, sebab :

Dengan diketahui perbedaan tinggi rendahnya permukaan tanah, maka akan dapat ditetapkan tinggi lantai bangunan dari permukaan tanah yang aman dari banjir dan bersifat ekonomis. Selain itu tinggi rendahnya permukaan tanah (contour) dapat di manfaatkan dalam segi keindahan, misalnya pertamanan, kolam, dan lain-lain.
Kekerasan/kepadatan tanah sangat penting dari segi teknis untuk menetapkan jenis dan tipe pondasi yang akan dipergunakan.

Kecepatan dan arah aliran udara perlu diketahui untuk menetapkan ukuran pembukaan (lubang angin atau ventilasi, pintu dan jendela) sehingga ruangan memiliki sirkulasi udara yang sesuai dengan kebutuhan (tidak terlampau kecil atau besar).
Data tentang kebisingan dan frekuensi lalu lintas perlu sebagai dasar untuk mengatur tata letak ruangan dan penggunaan jenis bahan bangunan yang kedap suara, sehingga ruangan yang memerlukan suasana tenang dapat terwujud.

Pohon dan tumbuh-tumbuhan mempunyai arti serta manfaat yang besar dalam kehidupan manusia, oleh karena tumbuh-tumbuhan dapat berfungsi sebagai :
  1. Pelindung manusia/bangunan dari panas matahari
  2. Mencegah dan mengurangi aliran angin besar
  3. Mencegah dan mengurangi suara bising
  4. Menyerap debu dan kotoran
  5. Memproduksi zat asam pada siang hari yang diperlukan untuk kehidupan manusia
  6. Mengatur dan melindungi tata air tanah
  7. Mencegah erosi dan tanah longsor
  8. Menyejukkan udara dan memperindah pemandangan
Melihat fungsi pohon dan tumbuh-tumbuhan yang besar serta luas, maka data tentang ada atau tidaknya pohon pada persil tanah sangat penting.

Seandainya pada persil tanah telah ada pohon dan tumbuh-tumbuhan yang sehat dan masih cukup muda, sebaiknya dimanfaatkan untuk fungsi-fungsi tersebut. Dan seandainya pada persil tanah tidak terdapat pohon/tumbuh-tumbuhan, maka dalam perencanaan harus direncankan tempat untuk pohon/tumbuh-tumbuhan.

  • Keadaan iklim setempat
Dalam kehidupan kita diperlukan kondisi iklim yang cocok agar kita dapat tidur/istirahat atau bekerja dengan nyaman. Sebab iklim yang tidak cocok dengan tubuh kita, misalnya temperatur udara terlampau panas atau terlampau dingin, akan mempengaruhi keadaan mental dan fisik kita.


Kondisi iklim yang nyaman (comfort) paling tidak bisa terdapat dalam rumah tinggal sebagai lingkungan kehidupan yang terdekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Iklim yang nyaman (comfort) dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut :
  1. Temperatur udara
  2. Kelembaban
  3. Peredaran udara
  4. Radiasi panas
Temperatur dan kelembaban udara secara langsung mempengaruhi perasaan nyaman pada tubuh. Disamping itu peredaran udara dan panas juga akan mempengaruhi perasaan nyaman.

Sesuai dengan tujuan perencanaan yang lengkap dan sempurna, maka factor iklim harus diperhatikan. Sebab perencanaan tanpa memperhatikan faktor-faktor iklim setempat mungkin dapat menghasilkan suatu bangunan rumah yang indah tetapi tidak nyaman (comfort) untuk di tempati.

Iklim di Indonesia adalah tipe iklim panas lembab, karena Indonesia terletak pada posisi 6 derajat Lintang Utara (LU) sampai 8 derajat Lintang Selatan (LS), dengan cirri-ciri sebagi berikut :
  1. Penyinaran matahari merata sepanjang tahun
  2. Tekanan udara rendah
  3. Udara selalu berawan
  4. Temperatur udara cukup tinggi (antara 23 s/d 32 derajat celcius)
  5. Kelembaban udara sangat tinggi (antara 75 s/d 90%)
  6. Curah hujan besar sepanjang tahun (bisa mencapai 250 s/d 380 mm dalam 24 jam)
  7. Tumbuh-tumbuhan banyak mengandung air dan cepat tumbuh serta banyak nyamuk serta rayap yang dapat merusak bangunan
Dengan adanya ciri-ciri iklim tropis tersebut, maka kenyamanan di rumah tinggal di Indonesia tergantung dari system peredaran udara (sirkulasi udara) dan pembatasan radiasi panas sebagai system pengendaian iklim.

Peredaran udara di dalam ruangan merupakan system yang diperlukan untuk membantu mempercepat proses penguapan panas dan keringat pada tubuh manusia. Pembatasan radiasi panas dengan menghindari panas matahari secara langsung adalah agar tidak meningkatkan panas pada tubuh dan ruangan di dalam rumah, dan agar panas matahari dari luar dapat memanasi struktur bangunan yang kemudian terpancar kembali pada ruangan atau tubuh manusia yang berada di dalamnya.

Sistem pengendalian iklim panas lembab untuk mencapai peredaran udara yang baik dan pembatasan radiasi panas bertalian erat dengan perencanaan bentuk struktur dan bahan yang dipergunakan. Dalam hal ini bentuk struktur bangunan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan peredaran udara yang baik di dalam ruangan. Salah satu pilihan yang tepat dalam hal ini adalah dengan system ventilasi silang (cross ventilation ) dan bentuk rumah dengan teritis atap (overhang protection) sebagai pelindung dinding/struktur bangunan dari panas matahari dan hujan. Oleh karena bentuk dan struktur bangunan mempunyai keterbatasan dalam kemampuan pengendalian iklim, maka dalam mencapai hasil maksimal pengendalian iklim dalam bangunan perlu dibantu dengan penggunaan bahan bangunan yang sesuai.

Dalam hal ini penggunaan bahan bangunan untuk atap dan dinding rumah merupakan bagian yang terpenting, karena kedua bagian itu berhubungan secara langsung dengan sinar matahari dan udara di sekelilingnya. Pemilihan penggunaan bahan atap dan dinding cenderung pada pilihan jenis bahan yang ringan dan mampu menyekat panas, serta dapat memantulkan panas dan sinar matahari pada bagian luar. Oleh karena itu sejenis bahan seng atau aluminium, walaupun ringan dan ekonomis kurang sesuai untuk atap dan dinding rumah sebab kurang mampu menyekat panas dengan baik.

  • Orientasi tanah setempat
Berdasarkan hasil penelitian situasi/kondisi dan iklim pada persil tanah setempat serta peraturan dan persyaratan yang berlaku, maka akan tersusun data yang spesifik. Data ini merupakan pedoman dasar dalam perencanaan bangunan rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan, kekuatan, kenyamanan dan keindahan.

Proses selanjutnya dalam perencanaan bangunan rumah setelah data lapangan terkumpul adalah :
  • Orientasi persil tanah
Orientasi persil tanah terhadap peredaran sinar matahari telah diketahui sejak didapat keterangan rencana yang resmi. Orientasi persil tanah ini penting untuk menetapkan orientasi bangunan yang akan didirikan di atasnya. Keterangan tentang orientasi persil tanah ini menentukan arah mana tampak muka bangunan harus menghadap. Dan selanjutnya, setelah diketahui ke arah mana tampak muka bangunan harus mengahadap, perencanaan diteruskan dengan pengaturan ruang menurut kebutuhan.
  • Orientasi bangunan terhadap sinar matahari
Sebaiknya bangunan di orientasikan ke arah utara/selatan agar sebagian besar ruang-ruang tidak menghadap matahari. Sebab sudut datang sinar matahari di Indonesia relatif kecil, sehingga akan memanaskan ruangan di dalam bangunan. Dan perlu di ingat penyinaran matahari di Indonesia merata sepanjang tahun.

Menginat pada hakikatnya sinar matahari juga di butuhkan untuk penerangan dan kesehatan dalam ruangan pada batas-batas tertentu, maka orientasi bangunan dapat dibuat tidak persis menghadap ke utara/selatan tetapi bisa dibuat agak miring sedikit. Misalnya, persil tanah dengan bagian memanjang yang boleh didirikan bangunan menghadap ke arah barat dan timur. Maka ruangan dengan kesejukkan udara yang tinggi hanya dapat di capai dengan menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ke arah utara/selatan.
  • Orientasi bangunan terhadap aliran udara
Aliran udara dalam ruangan di Indonesia sangat diperlukan (lihat ciri-ciri iklim panas dan lembab ). Dengan diketahuinya orientasi persil tanah dan situasi/kondisi setempat, maka akan diketahui arah aliran angin yang ada pada persil tanah.

Orientasi bangunan terhadap aliran udara erat hubungannya dengan orientasi bangunan terhadap sinar matahari. Misalnya, orientasi yang baik pada persil tanah tersebut ke arah utara/selatan, sedangkan aliran udara yang baik pada arah tersebut kurang, maka dicari pemecahannya dengan mengkombinasikan kedua unsur tersebut.

Aliran udara memang sesuatu yang dibutuhkan, akan tetapi dalam batas-batas tertentu. Misalnya, aliran udara pada suatu persil tanah tertentu sangat kencang, sebab persil tersebut dekat dengan tanah lapangan terbuka dan membawa kebisingan dalam ruangan, maka harus dibatasi. Dan sebaliknya, jika pada persil tanah tersebut tidak terdapat aliran udara yang cukup karena aliran udara terhalang bangunan disekitarnya, maka perlu diusahakan mengalirnya udara dengan cara-cara tertentu.
  • Pengaturan jarak bangunan
Walaupun dalam keterangan rencana resmi (advise planning) telah ditetapkan pesyaratan letak bangunan yang boleh didirikan dengan adanya garis-garis bangunan dan jarak bebas samping dan belakang, akan tetapi dalam perencanaan harus dilihat kondisi setempat.

Misalnya, kondisi seperti ini pada suatu persil tanah. Karena adanya bangunan disampingnya, yang berimpit dengan batas pekarangan, dengan ukuran yang besar dan tinggi sehingga mengganggu aliran udara dan menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan, maka dalam perencanaan bangunan dibuat ruang terbuka pada bagian tersebut agar ruangan di dalam rumah mendapat aliran udara yang cukup dan penerangan dari sinar matahari yang cukup pula.

Pengaturan jarak bangunan terhadap batas pekarangan yang membentuk ruangan terbuka (walaupun maksud dan tujuan utamanya untuk mengatur peredaran udara dan sinar matahari), sebaiknya dimanfaatkan untuk pertamanan atau kolam hias, sehingga dapat menambah keindahan lingkungan rumah.
  • Pengaturan pembukaan pada dinding
Yang dimaksud pembukaan pada dinding adalah pintu-pintu dan jendela yang terdapat pada dinding bangunan. Tentang fungsi pintu dan jendela telah dibahas dalam hal elemen-elemen pokok dalam bangunan. Dalam hal ini pembahasan pengaturan pembukaan pada dinding dikaitkan dengan masalah orientasi bangunan.

Besar kecilnya pembukaan pada dinding bangunan tergantung dari arah orientasi dan kebutuhan pembukaan pada ruangan itu sendiri. Sebaiknya pembukaan terdapat pada bagian dinding bangunan yang menghadap ke arah utara dan selatan, agar tidak terkena sinar matahari secara langsung. Akan tetapi pembukaan pada posisi dinding ini harus dibuat dalam ukuran yang cukup besar, agar ruang cukup terang dan peredaran udara cukup baik.

Pembukaan dinding pada bagian utara/selatan dan dengan ukuran yang besar ini sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia. Akan tetapi menginat ciri-ciri iklim yang lain, misalnya, sudut datang matahari yang kecil dan merata sepanjang tahun, maka pembukaan pada dinding tersebut harus terlindung dari sinar matahari langsung, silau langit dan hujan dengan cara-cara tertentu yang diuraikan pada bagian berikut.

Sedangkan jika pembukaan pada dinding terpaksa harus terletak pada bagian dinding yang menghadap ke arah timur/barat, maka ukuran pembukaan harus dibatasi maksimal tidak mengakibatkan efek-efek yang buruk ke dalam ruangan.
  • Pengaturan atap/pelindung panas dan hujan
Dalam hal ini pengaturan atap/pelindung panas dan hujan sesuai dengan iklim di Indonesia adalah dengan bentuk atap yang ringan, bahan yang mampu menyekat panas dengan baik dan memiliki teritis atap yang relatif lebar. Pada bagian-bagian tertentu teritis atap (roof-overhang) harus direncanakan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan, sehingga cukup dapat melindungi ruangan dari sinar matahari pada jam-jam tertentu dalam sehari. Jadi masih memungkinkan penyinaran langsung matahari ke dalam ruangan pada jam-jam tertentu yang dibutuhkan. Misalnya, pada dinding yang menghadap ke arah timur yang terkena sinar matahari pagi, pelindung atap diatur sedemikian rupa tanpa menghalangi sinar matahari pagi, sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung yang baik pada siang hari.

TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN DENGAN KONSTRUKSI KAYU

Sifat Kayu sebagai Material Konstruksi

    
Kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan – disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan akibat olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar jika tersulut api.
     Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya (hygroscopic), dan dapat mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Karenanya, kadar air kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh kimiawi. Karena struktur serat kayu memiliki nilai kekuatan yang berbeda saat menerima beban. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu. Ilustrasi kekuatan serat kayu dalam menerima beban dapat ditunjukkan pada Gambar 8.1.

  Penebangan, Penggergajian dan Pengawetan

Produksi kayu gergajian (lumber), batang kayu segi empat panjang (balok) yang dipakai untuk konstruksi dimulai dari penebangan pohon di hutan alam dan hutan tanaman industri. Kayu gelondongan (log) hasil tebang diangkut ke pabrik penggergajian. Untuk menghasilkan produk kayu gergajian yang baik dan efisien terdapat teknologi penggergajian yang harus diketahui dalam kaitannya dengan penyusutan kayu saat pengeringan. Terdapat 3 metoda penggergajian, lurus (plain sawing), perempat bagian (quarter sawing) dan penggergajian tipikal (typical sawing).
Sesuai proses pertumbuhan kayu, kayu bagian dalam merupakan kayu yang lebih dulu terbentuk dari kayu bagian luar. Karenanya kayu bagian dalam mengalami susut lebih kecil dari kayu luar. Tanpa memperhitungkan susut tersebut, hasil gergajian akan menghasilkan bentuk kurang berkualitas.

  Pengeringan Kayu

Kayu baru tebang memiliki kadar air yang tinggi, 200%-300%. Setelah ditebang kandungan air tersebut berangsur berkurang karena menguap. Mulanya air bebas atau air di luar serat (free water) yang menguap. Penguapan ini masih menyisakan 25%-35% kandungan air. Selanjutnya penguapan air dalam serat (bound water). Kayu dapat di keringkan melalui udara alam bebas selama beberapa bulan atau dengan menggunakan dapur pengering (kiln)
Kayu dapat dikeringkan ke kadar sesuai permintaan. Kadar air kayu untuk kuda-kuda biasanya harus kurang dari atau sama dengan 19 persen. Kadang diminta kadar air kayu hingga 15% (MC 15). Namun karena kayu bersifat higroskopis, pengaruh kelembaban udara sekitar kayu akan mempengaruhi kadar air kayu yang akan mempengaruhi kembang susut kayu dan kekuatannya.

  Pengawetan Kayu

Proses ideal olah produk kayu selanjutnya adalah pengawetan. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara merendam atau mencuci dengan maksud membersihkan zat makanan dalam kayu agar tidak diserang hama. Sedangkan cara lain adalah dengan pemberian bahan kimia melalui perendaman dan cara coating atau pengecatan.

  Cacat Kayu

Pada sebuah batang kayu, terdapat ketidak teraturan struktur serat yang disebabkan karakter tumbuh kayu atau kesalahan proses produksi. Ketidak teraturan atau cacat yang umum adalah mata kayu, yang merupakan sambungan cabang pada batang utama kayu. Mata kayu ini kadang berbentuk lubang karena cabang tersambung busuk atau lapuk atau diserang hama atau serangga. Cacat ini sudah tentu mengurangi kekuatan kayu dalam menerima beban konstruksi.
Cacat akibat proses produksi umumnya disebabkan oleh kesalahan penggergajian dan proses pengeringan penyusutan. Cacat ini dapat berupa retak, crooking, bowing, twisting (baling), cupping dan wane (tepian batang bulat) karena penggergajian yang terlalu dekat dengan lingkaran luar kayu.

  Penggolongan Produk Kayu di Pasaran

Saat ini produk kayu sangat beragam. Produk kayu solid/asli umumnya berupa kayu gergajian baik berupa balok maupun papan. Sedangkan produk kayu buatan dapat merupa vinir (veneer), papan lapis, triplek/plywood/multiplek dan bahkan kayu laminasi (glue laminated timber).

  Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia

Secara singkat peraturan ini dimaksukan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.

  Klasifikasi Produk Kayu

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah-pola serat dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
Kayu mutu A
− Kering udara < 15 %
− Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
− Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
− Miring arah serat maksimum adalah 1/7
− Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/4 tebal kayu
Kayu mutu B
− Kering udara 15%-30%
− Besar mata kayu maksimum 1/4 lebar kecil tampang / 5 cm
− Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
− Miring arah serat maksimum adalah 1/10
− Retak arah radial maksimum ¼ tebal dan arah lingkaran tumbuh 1/5 tebal kayu
Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)

  Kelas Kuat Kayu

Sebagaimana di kemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu. Ilustrasi arah kekuatan kayu dapat ditunjukkan pada Gambar 8.7. dan Gambar 8.8.
Angka kekuatan kayu dinyatakan dapan besaran tegangan, gaya yang dapat diterima per satuan luas. Terhadap arah serat, terdapat kekuatan kayu sejajar (//) serat dan kekuatan kayu tegak lurus (⊥) serat yang masing- masing memilki besaran yang berbeda. Terdapat pula dua macam besaran tegangan kayu, tegangan absolute / uji lab dan tegangan ijin untuk perancangan konstruksi. Tegangan ijin tersebut telah memperhitungkan angka keamanan sebesar 5-10. Dalam buku Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5) tahun 1961, kayu di Indonesia diklasifikasikan ke dalam klas kuat I (yang paling kuat), II, III, IV (paling lemah). Tabel 8.1, menunjukkan kelas berat jenis kayu dan besaran kuat kayu.

  Kelas Awet

Berdasarkan pemakaian, kondisinya dan perlakuannya, kayu dibedakan atas kelas awet I (yang paling awet) – V (yang paling tidak awet). Kondisi kayu dimaksud adalah lingkungan/tempat kayu digunakan sebagai batang struktur. Sedangkan perlakuan meliputi pelapisan/tindakan lain agar kayu terhindar/terlindungi dari kadar air dan ancaman serangga. Tabel kelas awet dan kondisinya dapat dikemukakan dalam Tabel 8.2.

  Sistem Struktur dan Sambungan dalam Konstruksi Kayu

Hampir semua sistem struktur yang menggunakan kayu sebagai material dasar dapat dikelompokkan ke dalam elemen linear yang membentang dua arah. Susunan hirarki sistem struktur ini adalah khusus.
RANGKA RINGAN.
Sistem struktur joists ringan pada Gambar 8.9(a) adalah konstruksi kayu yang paling banyak digunakan pada saat ini. Sistem joists lanta terutama sangat berguna untuk beban hidup ringan yang terdistribusi merata dan untuk bentang yang tidak besar. Kondisi demikian umumnya dijumpai pada konstruksi rumah. Joists pada umumnya menggunakan tumpuan sederhana karena untuk membuat tumpuan vang dapat menahan momen diperlukan konstruksi khusus. Pada umumnya, lantai dianggap tidak monolit dengan joists kecuali apabila digunakan konstruksi khusus yang menyatukannya.
Sistem tumpuan vertikal yang umum digunakan adalah dinding pemikul beban yang dapat terbuat dari bata atau dari susunan elemen kayu (plywood). Dalam hal yang terakhir ini, tahanan lateral pada susunan struktur secara keseluruhan terhadap beban horizontal diperoleh dengan menyusun dinding berlapisan plywood yang berfungsi sebagai bidangbidang geser. Struktur demikian pada umumnya dibatasi hanya sampai tiga atau empat lantai. Pembatasan ini tidak hanya karena alasan kapasitas pikul bebannya, tetapi juga karena persyaratan keamanan terhadap kebakaran yang umum diberikan pada peraturan-peraturan mengenai gedung. Karena setiap elemen pada sistem struktur ini diletakkan di tempatnya secara individual, maka banvak fleksibilitas dalam penggunaan sistem tersebut, termasuk juga dalam merencanakan hubungan di antara elemen-elemennya.
ELEMEN KULIT BERTEGANGAN (STRESSED SKIN ELEMENTS).
Elemen kulit bertegangan tentu saja berkaitan dengan sistem joists standar [lihat Gambar 8.9(b)]. Pada elemen-elemen ini, kayu lapis disatukan dengan balok memanjang sehingga sistem ini dapat. berlaku secara integral dalam molekul lentur. Dengan demikian, sistem yang diperoleh akan bersifat sebagai plat.
Kekakuan sistem ini juga meningkat karena adanya penyatuan tersebut. Dengan demikian, tinggi struktural akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem joist standar. Elemen kulit bertegangan ini pada umumnya dibuat tidak di lokasi, dan dibawa ke lokasi sebagai modul-modul. Kegunaannya akan semakin meningkat apabila modul-modul ini dapat dipakai secara berulang. Elemen demikian dapat digunakan pada berbagai struktur, termasuk juga sistem plat lipat berbentang besar.
BALOK BOKS.
Perilaku yang diberikan oleh kotak balok dari kayu lapis [lihat Gambar 8.9(c)] memungkinkan penggunaannya untuk berbagai ukuran bentang dan kondisi pembebanan. Sistem yang demikian sangat berguna pada situasi bentang besar atau apabila ada kondisi beban yang khusus. Balok boks dapat secara efisien mempunyai bentang lebih besar daripada balok homogen maupun balok berlapis. KONSTRUKSI KAYU BERAT Sebelum sistem joists ringan banyak digunakan, sistem balok kayu berat dengan papan transversal telah banyak digunakan [lihat Gambar 8.9(e)]. Balok kayu berlapisan sekarang banyak digunakan sebagai alternatif dari balok homogen. Sistem demikian dapat mempunyai kapasitas pikul beban dan bentang lebih besar daripada sistem joist. Sebagai contoh, dengan balok berlapisan, bentang yang relatif besar adalah mungkin karena tinggi elemen struktur dapat dengan mudah kita peroleh dengan menambah lapisan. Elemen demikian umumnya bertumpuan sederhana, tetapi kita dapat juga memperoleh, tumpuan yang mampu memikul momen dengan menggunakan konstruksi khusus.
RANGKA BATANG
Rangka batang kayu merupakan sistem berbentang satu arah yang paling banyak digunakan karena dapat dengan mudah menggunakan banyak variasi dalam konfigurasi dan ukuran batang. Rangka batang dapat dibuat tidak secara besar-besaran, tetapi dapat dibuat secara khusus untuk kondisi beban dan bentang tertentu. Sekalipun demikian, kita juga. membuat rangka batang secara besar-besaran (mass production). Rangka batang demikian umumnya digunakan pada situasi bentang tidak besar dan beban ringan. Rangka batang tnissed rafter pada Gambar 8.9(g) misalnya, banyak digunakan sebagai konstruksi atap pada bangunan rumah. Sistem yang terlihat pada Gambar 8.9(b) analog dengan balok baja web terbuka dan berguna untuk situasi bentang besar (khususnya untuk atap). Sistem penumpu vertikal pada struktur ini umumnya berupa dinding batu atau kolom kayu. Tahanan terhadap beban lateral pada struktur ini umumnya diperoleh dengan menggunakan dinding tersebut sebagai bidang geser. Apabila bukan dinding, melainkan kolom yang digunakan, pengekang (bracing) dapat pula digunakan untuk meningkatkan kestabilan struktur terhadap beban lateral. Peningkatan kestabilan dengan menggunakan titik hubung kaku dapat saja digunakan untuk struktur rendah, tetapi hal ini jarang dilakukan.
PLAT LIPAT DAN PANEL PELENGKUNG
Banyak struktur plat lengkung atau plat datar yang umumnya berupa elemen berbentang satu, yang dapat dibuat dari kayu. Kebanyakan struktur tersebut menggunakan kayu lapis. Gambar 8.9(j) dan (k) mengilustrasikan dua contoh struktur itu.
PELENGKUNG
Bentuk pelengkung standar dapat dibuat dari kayu. Elemen berlapisan paling sering digunakan. Hampir semua bentuk pelengkung dapat dibuat dengan menggunakan kayu. Bentang yang relatif panjang dapat saja diperoleh. Struktur-struktur ini umumnya berguna sebagai atap saja. Kebanyakan bersendi dua atau tiga, dan tidak dijepit.
LAMELLA
Konstruksi lamella merupakan suatu cara untuk membuat permukaan lengkung tunggal atau ganda dari potongan-potongan kecil kayu [lihat Gambar 8.9(l)]. Konstruksi yang menarik ini dapat digunakan untuk membuat permukaan silindris berbentang besar, juga untuk struktur kubah. Sistem ini sangat banyak digunakan, terutama pada struktur atap.
UKURAN ELEMEN
Gambar 8.10 mengilustrasikan kira-kira batas-batas bentang untuk berbagai jenis struktur kayu. Bentang "maksimum" yang diperlihatkan pada diagram ini bukanlah bentang maksimum yang mungkin, melainkan batas bentang terbesar yang umum dijumpai. Batasan bentang minimum menunjukkan bentang terkecil yang masih ekonomis. Juga diperlihatkan kira-kira batas-batas tinggi untuk berbagai bentang setiap sistem. Angka yang kecil menunjukkan tinggi minimum yang umum untuk sistem yang bersangkutan dan angka lainnya menunjukkan tinggi maksimumnya. Tinggi sekitar L/20, misalnya, mengandung arti bahwa elemen struktur yang bentangnya 16 ft (4,9 m) harus mempunyai tinggi sekitar 16 ft/20 = 0,8 ft (0,24 m).
Kolom kayu pada umumnya mempunyai perbandingan tebal terhadap tinggi (t/h) bervariasi antara 1 : 25 untuk kolom yang dibebani tidak besar dan relatif pendek, atau sekitar 1 : 10 untuk kolom yang dibebani besar pada gedung bertingkat, Dinding yang dibuat dari elemen-elemen kayu mempunyai perbandingan t/h bervariasi dari I : 30 sampai I : 15.

  Produk Alat Sambung untuk Struktur Kayu


a) Alat Sambung Paku

Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu. Ini karena alat sambung ini cukup mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam berbagai bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Spesifikasi produk paku dapat dikenali dari panjang paku dan diameter paku. Ilustrasi produk paku ditunjukkan pada Gambar 8.11.
terhadap karat dan noda. Dengan begitu tampilan paku dapat dipertahankan. Namun adanya coating tersebut menyebabkan kuat cabut paku berkurang karena kehalusan coating tersebut.
Ujung Paku. Ujung paku dengan bagian runcing yang relatif panjang umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar. Namun ujung yang runcing bulat tersebut sering menyebabkan pecahnya kayu terpaku. Ujung yang tumpul dapat mengurangi pecah pada kayu, namun karena ujung tumpung tersebut merusak serat, maka kuat cabut paku pun akan berkurang pula.
Kepala paku. Kepala paku badap berbentuk datar bulat, oval maupun kepala benam (counter sunk) umumnya cukup kuat menahan tarikan langsung. Besar kepala paku ini umumnya sebanding dengan diameter paku. Paku kepala benam dimaksudkan untuk dipasang masuk – terbenam dalam kayu.
Pembenaman Paku. Paku yang dibenam dengan arah tegak lurus serat akan memiliki kuat cabut yang lebih baik dari yang dibenam searah serat . Demikian halnya dengan pengaruh kelembaban. Setelah dibenam dan mengalami perubahan kelembaban, paku umumnya memiliki kuat cabut yang lebih besar dari pada dicabut langsung setelah pembenaman. Jarak Pemasangan Paku. Jarak paku dengan ujung kayu, jarak antar kayu, dan jarak paku terhadap tepi kayu harus diselenggarakan untuk mencegah pecahnya kayu. Secara umum, paku tak diperkenankan dipasang kurang dari setengah tebal kayu terhadap tepi kayu, dan tak boleh kurang dari tebal kayu terhadap ujung. Namun untuk paku yang lebih kecil dapat dipasang kurang dari jarak tersebut.
Kuat cabut paku
Gaya cabut maksimum yang dapat ditahan oleh paku yang ditanam
tegak lurus terhadap serat dapat dihitung dengan pendekatan rumus berikut.
P = 54.12 G5/2 DL (Metric: kg)
P = 7.85 G5/2 DL (British: pound) (8.1)
Dimana : P = Gaya cabut paku maksimum
L = kedalaman paku dalam kayu (mm, inc.)
G = Berat jenis kayu pada kadar air 12 %
D = Diameter paku (mm, inch.)
Kuat lateral paku
Pada batang struktur, pemasangan paku umumnya dimaksudkan untuk menerima beban beban tegak lurus/lateral terhadap panjang paku. Pemasangan alat sambung tersebut dapat dijumpai pada struktur kuda-kuda papan kayu. Kuat lateral paku yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus berikut
P = K D2 (8.2)
Dimana: P = Beban lateral per paku
D = Diameter paku
K = Koefisien yang tergantung dari karakteristik jenis kayu.
b) Alat sambung sekerup
Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir maka memiliki kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala bundar. Dari tiga bentuk tersebut, sekerup kepala datarlah yang paling banyak ada di pasaran. Sekerup kepala oval dan bundar dipasang untuk maksud tampilan–selera. Bagian utama sekerup terdiri dari kepala, bagian benam, bagian ulir dan inti ulir. Diameter inti ulir biasanya adalah 2/3 dari diameter benam. Sekerup dapat dibuat dari baja, alloy, maupun kuningan diberi lapisan/coating nikel, krom atau cadmium.
Ragam produk sekerup dapat ditunjukkan pada Gambar 8.12 berikut.
Kuat Cabut Sekerup
Kuat cabut sekerup yang dipasang tegak lurus terhadap arah serat (Gambar 8.13) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
P = 108.25 G2 DL (Metric unit: Kg, cm )
P = 15.70 G2 DL (British unit: inch–pound)
Dimana:
P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.),
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup
Kuat lateral sekerup yang dipasang tegak lurus serat dengan arah gaya lateral searah serat dapat didekati dengan rumus yang sama dengan kuat lateral paku (persamaan 8.2)
Sekerup Lag (Lag Screw)
Sekerup lag, seperti sekerup namun memiliki ukuran yang lebih besar dan berkepala segi delapan untuk engkol. Saat ini banyak dipakai karena kemudahan pemasangan pada batang struktur kayu dibanding dengan sambungan baut–mur. Umumnya sekerup lag ini berukuran diameter dari 5.1 – 25.4 mm (0.2 – 1.0 inch) dan panjang dari 25.4 – 406 mm (1.0 – 16 inch).
Kuat Cabut Sekerup Lag.
Kuat cabut sekerup lag dapat dihitung dengan formula sebagai berikut.
P = 125.4 G3/2 D3/4L (Metric unit: Kg, cm )
P = 8,100 G3/2 D3/4L (British unit: inch–pound) (8.4)
Dimana: P = Beban cabut sekerup (N, Lb)
G = Berat jenis kayu pada kondisi kadar air 12 % kering oven
D = Diameter sekerup terbenam / shank diameter (mm, in.)
L = Panjang tanam (mm,in.)
Kuat lateral sekerup lag dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
P = c1 c2 K D2 (8.5)
Dimana: P= Beban lateral per sekerup
D= Diameter sekerup
K= Koefisien yang tergantung karakteristik jenis kayu
(lihat Tabel 8.4)
C1= Faktor pengali akibat ketebalan batang apit tersambung
C2= Faktor pengali akibat pembenamam sekrup lag
(lihat Tabel 8.6)

  Konstruksi Sambungan Gigi

Walaupun sambungan ini sebenarnya malah memperlemah kayu, namun karena kemudahannya, sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu sederhana di Indonesia utamanya untuk rangka kuda-kuda atap. Kekuatan sambungan ini mengandalkan kekuatan geseran dan atau kuat tekan / tarik kayu pada penyelenggaraan sambungan. Kekuatan tarikan atau tekanan pada sambungan bibir lurus di atas ditentukan oleh geseran dan kuat desak tampang sambungan gigi. Dua kekuatan tersebut harus dipilih yang paling lemah untuk persyaratan kekuatan struktur.
P geser = τ ijin a b (8.6)
Dimana : τ ijin = Kuat / tegangan geser ijin kayu tersambung
b = lebar kayu
a = panjang tampang tergeser
P desak = 􀄱 ijin b t (8.7)
Dimana : 􀄱 ijin = Kuat / tegangan ijin desak kayu tersambung
b = lebar kayu
t = tebal tampang terdesak
Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut pada kayu, geser baut atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang kayu tersambung dan panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang menyebabkan desakan batang baut pada kayu tidak merata. Berdasarkan NI-5 PKKI (1961) gaya per baut pada kelas kayu tersambung dapat dihitung rumus sebagai berikut :
Kayu kelas I:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 4.8
S = 50 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 240 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 3.8
S = 125 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 250 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 480 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Kayu kelas II:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 5.4
S = 40 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 215 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 4.3
S = 100 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 200 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 430 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Kayu kelas III:
Sambungan tampang 1 untuk λb = bmin / d = 6.8
S = 25 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 170 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Sambungan tampang 2 untuk λb = bmin / d = 5.7
S = 60 d b3 (1 – 0.6 Sin α)
S = 120 d b1 (1 – 0.6 Sin α)
S = 340 d2 (1 – 0.35 Sin α)
Dimana : S = Kekuatan per baut dalam kg
α = Sudut arah gaya terhadap arah serat
b1 = Tebal kayu tepi (cm)
b3 = Tebal tengah (cm)
d = Diameter baut (cm)
Masing kelas kayu tersebut di ambil harga terkecil untuk mendapat jumlah baut dalam satu sambungan. Untuk pemasangan baut, disyaratkan pula jarak antar baut dalam satu sambungan. Dengan memperhatikan sketsa ilustrasi sambungan seperti Gambar 8.17, ketentuan jarak baut utama yang sering digunakan dapat dikemukakan sebagai berikut. Ilustrasi secara lengkap diterakan dalam PKKI – NI (1961)
• Jarak antar baut searah gaya dan serat = 5 φ baut
• Jarak antar baut tegak lurus gaya dan serat = 3 φ baut
• Jarak baut denga tepi kayu tegak lurus gaya dan serat = 2 φ baut
• Jarak baut dengan ujung kayu searah gaya dan serat = 5 φ baut
• Jarak antar baut searah gaya – tegak lurus serat = 3 φ baut

  Sambungan dengan cincin belah (Split Ring) dan plat geser

Produk alat sambung ini merupakan alat sambung yang memiliki perilaku lebih baik dibanding alat sambung baut. Namun karena pemasangannya agak rumit dan memerlukan peralatan mesin, alat sambung ini jarang diselenggarakan di Indonesia. Produk sambung ini terdiri dari cincin dan dirangkai dengan baut.
Dalam penyambungan, alat ini mengandalkan kuat desak kayu ke arah sejajar maupun arah tegak lurus serat. Seperti halnya alat sambung baut, jenis kayu yang disambung akan memberikan kekuatan yang berbeda. Produk alat sambung ini memiliki sifat lebih baik dari pada sambungan baut maupun paku. Ini karena alat sambung ini mendistribusikan gaya baik tekan maupun tarik menjadi gaya desak kayu yang lebih merata dinading alat sambung baut dan alat sambung paku.
Jumlah alat sambung yang dibutuhkan dalam satu sambungan dapat dihitung dengan membagi kekuatan satu alat sambung pada jenis kayu tertentu. Tabel 8.7 menampilkan besaran kekuatan per alat sambung terendah untuk pendekatan perhitungan.

  Sambungan dengan Plat Logam (Metal Plate Conector)

Alat sambung ini sering disebut sebagai alat sambung rangka batang (truss). Alat sambung ini menjadi populer untuk maksud menyambung struktur batang pada rangka batang, rangka usuk (rafter) atau sambungan batang struktur berupa papan kayu. Plat sambung umumnya berupa plat baja ringan yang digalvanis untuk menahan karat, dengan lebar/luasan tertentu sehingga dapat menahan beban pada kayu tersambung.
Prinsip alat sambungan ini memindahkan beban melalui gerigi, tonjolan (plug) dan paku yang ada pada plat. Jenis produk ini ditunjukkan pada Gambar 8.21. Untuk pemasangan plat, menanam gerigi dalam kayu tersambung, memerlukan alat penekan hidrolis atau penekan lain yang menghasilkan gaya besar.
setempat atau pondasi dinding menerus dari bahan pasangan batu atau beton. Pemasangan kolom kayu selain memerlukan jangkar (anchor) ke pondasi
diperlukan penyekat resapan dari tanah, baik berupa beton kedap atau pelat baja agar kayu terhindar dari penyebab lapuk/busuk. Jika dipasang plat kaki keliling, harus terdapat lubang pengering, untuk menjaga adanya air tertangkap pada kaki kolom tersebut. Terlebih jika kolom tersebut berada diluar bangunan yang dapat terekspose dengan hujan dan/atau kelembaban yang berlebihan. Kaki kolom sederhana dengan penahan hanya di dua sisi seperti pada Gambar 8.23 sangat disarankan untuk memungkinkan adanya drainase pada kaki kolom.
Kolom kayu dapat berupa kolom tunggal, kolom gabungan dan kolom dari produk kayu laminasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8.24. Kolom gabungan dapat disusun dari dua batang kayu atau berupa papan yang membentuk bangun persegi. Bentuk lain adalah berupa kolom dari kayu laminasi. Kayu Laminasi merupakan kayu buatan yang tersusun dan direkatkan dari kayu tipis.
Batang struktur kolom dapat menerima beban dari balok, balok loteng, maupun beban rangka atap. Untuk dapat menahan beban di atasnya dan terhindar dari tekuk sangat disarankan dan sebisa mungkin menghindari pengurangan tampang efektif kolom. Sambungan gigi umumnya mengurangi tampang efektif kolom yang relatif besar sehingga tidak disarankan penggunaannya. Penggunaan klos sambung mungkin akan cukup baik, namun akan menjadi mahal karena
menambah volume kayu yang tidak sedikit. Penyelenggaraan sambungan yang mendekati ideal dapat menggunakan pelat sambung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.25. Dengan penggunaaan alat sambung kolom dengan balok tersebut, pengurangan tampang kolom yang terjadi hanya akibat lubang baut.

  Konstruksi Balok

Pada bangunan gedung, struktur balok dapat berupa balok loteng balok atap, maupun gording. Struktur balok kayu dapat berupa kayu solid gergajian, kayu laminasi, atau bentuk kayu buatan lainnya. Untuk penyambungan, batang balok dengan balok perlu menghindari sambungan yang menerima momen yang relatif besar. Karenanya sambungan balok umumnya dilakukan tepat di atas struktur dudukan atau mendekati titik dudukan. Dengan begitu momen yang terjadi pada sambungan relatif kecil.
Balok sering dibebani penggantung plafon atau komponen konstruksi lain di bawahnya. Agar pembebanan tersebut tidak merusak struktur, pengantung dipasang di atas separoh tinggi balok untuk menghindari sobek batang balok akibat pembebanan tersebut. Penyelenggaraan beugel untuk penggantung sangat disarankan untuk maksud tersebut.
Pada dudukan dan sambungan antar balok secara tegak lurus, hindarkan pengurangan tampang, sehingga bahaya sobek pada balok kayu tidak terjadi. Gambar 8.30 merupakan contoh sambungan antara balok, balok anak lantai disambungkan pada balok utama/induk dari kayu laminasi. Penyambung pada balok diletakkan di bagian atas untuk menghindari sobek
Kayu merupakan bahan yang higroskopis, mudah mengembang atau menyusut oleh kadar air. Pada pembuatan sambungan dengan bahan lain, misal plat baja, hindarkan sobek batang struktur akibat sifat kembang dan susut kayu. Hal ini karena angka muai baja dan kayu saling berkebalikan. Salah satu cara menghindari sobek akibat kembang dan susut kayu adalah dengan cara memisah/memecah plat baja seperti yang ditunjukkan Gambar 8.31. Cara lain adalah dengan membiarkan tampang bagian atas tidak terkekang, yakni dengan menggunakan plat sadel seperti Gambar 8.32.

Konstruksi rangka batang kayu

Struktur rangka batang kayu umum digunakan pada bangunan rumah tinggal, perkantoran, bangunan pertokoan, hingga jembatan. Rangka batang merupakan struktur rangka yang disusun batang membentuk bangun segitiga dengan simpul / titik sambung, dapat menerima beban struktur. Dengan susunan tersebut diperolehlah struktur yang relatif ringan dan kuat pada bentangan yang lebih panjang. Pemakaian rangka batang untuk struktur kayu memungkinkan terbentuknya ruang terbuka yang luas dan partisi/penyekat ruang dapat dirubah tanpa harus mempertimbangkan integritas struktural dari bangunan. Alasan penyelenggaaran rangka batang antara lain:
(1) Sangat bervariasibentuknya,
(2) Dapat menampilkan keindahan khusus,
(3) dapat melayani bentang relatif panjang,
(4) memungkinkan kemudahan penyelenggaraan sistem instalasi layanan bangunan, misal listrik, plumbing, maupun langitlangit,
(5) kompatibel terhadap elemen struktur lain, misal beton, pasangan maupun baja.

  Produk penyambung struktur rangka batang

Disamping digunakan penyambung tradisional, sambungan gigi, paku maupun baut, penyambung plat fabrikasi telah banyak pula digunakan, lebih-lebih untuk rangka batang fabrikasi. Produk alat sambung terakhir merupakan alat sambung yang dapat memberikan konsistensi hasil sambungan baik kekuatan dan kemudahan penyelenggaraan secara masal. Penyambung plat ini mengandalkan gigi dan tonjolan pada plat untuk memindahkan gaya dari dan ke batang kayu yang disambung.
Gambar 8.35 merupakan contoh penggunaan plat sambung pada struktur rangka batang kayu.
Rangka batang kayu lemah secara lateral, sehingga sangat mungkin mengalami deformasi secara lateral yang merusak sambungan pada saat mobilisasi dan atau saat ereksi konstruksi. Karenanya tata cara penyimpanan, mobilisasi hingga ereksi sangat memegang peranan penting agar plat sambung tersebut berfungsi baik sebagai elemen penyambung struktur rangka batang kayu. Untuk penyimpanan maupun penempatan, rangka batang kayu seharusnya diletakkan secara rata dengan ganjal atau dengan cara berdiri dan dilengkapi dengan penyokong (Gambar 8.36).
Di negara maju, rangka batang kayu yang dibuat di pabrik telah dilengkapi dengan fasilitas penggantung dilengkapi dengan petunjuk untuk mengangkat baik saat mobilisasi maupun saat ereksi konstruksi. Terdapat beberapa cara, antara lain: sudut tali pengangkat < 60 derajat, gunakan batang pembentang, pengaku rangka untuk panjang rangka lebih dari 18 meter. Cara pengangkatan struktur rangka ditunjukkan pada Gambar 8.37 berikut:

  Konstruksi Struktur jembatan kayu

Sebelum abad 20, kayu menjadi bahan bangunan utama bahkan sebagai bahan struktur jalan kereta dan jembatan. Jembatan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah terdiri dari abutment, tiang dan struktur lain untuk menyangga struktur atas yang terdiri dari balok jembatan dan lantai jembatan.
Bentuk penyusun struktur dapat berupa kayu gelondong/log, kayu gergajian, hingga kayu laminasi atau kayu buatan lainnya. Hingga produk glulam tersebar, ketersediaan ukuran kayu menjadi kendala penyelenggaraan kayu untuk jembatam. Kalaupun ada, jembatan kayu merupakan jembatan sementara dengan umur pakai dibawah 10 tahun.
Struktur kayu laminasi telah membantu kapabilitas bentangan struktur yang diperlukan untuk jembatan. Gelegar laminasi ukuran 0.60 m x 1.80 m mampu mendukung suatu sistem deck laminasi hingga bentangan 12 m – 30 m bahkan lebih. Balok laminasi dapat membentuk suatu deck/ lantai jembatan yang solid dan jika dirangkai dengan batang tarik pengekang dapat membentuk suatu deck laminasi bertegangan tarik. Kayu laminasi lengkung dapat dipakai untuk memproduksi beragam jembatan yang indah.

  Struktur pelengkung kayu 

Struktur pelengkung kayu telah banyak diselenggarakan untuk mendapatkan ruang cukup lapang pada bangunan tempat ibadah, bangunan rekreasi hingga hanggar terlebih saat teknologi kayu laminasi/glulam ditemukan. Struktur ini disusun dari struktur tarikan di bagian bawah dan struktur tekan di bagian pelengkung atas. Struktur bagian bawah bisa berbentuk lengkung atau lurus. Jika lurus maka atap bangunan akan membentuk seperti payung. Sedangkan jika bagian bawah lengkung simetris dan berpusat pada satu pusat, maka atap dome akan menyerupai bola.

Back To Top