Pendekatan perancangan kota meliputi semua domain ; ekonomi, sosial budaya, militer, seni, teknologi, politik, dan sebagainya tergantung tujuan dibangunnya sebuah kota serta kegiatan utama penduduknya. Berdasarkan pendekatan – pendekatan tersebut, elemen – elemen pembentuk kota disusun dan dianalisis dalam perancangan. Dari pendekatan tersebut pula banyak jenis kota yang diciptakan sesuai dengan peruntukannya; kota tambang, kota tekstil, kota industri, dan sebagainya. Ankara (turki) dan Cambera (Australia) lahir dari kebutuhan politik, Besancon dan Metz (perancis) lahir dari kebutuhan pertahanan.
Amos Rapaport (1985) yang melakukan studi permukiman tradisional dibeberapa negara menyimpulkan bahwa, pengaturan lingkungan permukiman manusia, merupakan wujud pengejawantahan manusiayang merasa perlu mengatur jagad raya ini, dimana semua kebudayaan mempunyai suatu system pengaturan lingkungan permukiman secara sendiri – sendiri; mereka berkomunikasi secara simbolis melalui pengaturan lingkungan. Semua lingkungan mempunyai makna dan mereka menggambarkan makna itu dalam bentuk skema, prioritas, preferensi dan kebudayaan dari penciptanya. Pada kebudayaan tradisional, pengaturan berdasarkan agama dengan maksud untuk mengatur kekacauan dunia dengan meniru suatu pengatura ideal, yaitu pengaturan dan harmoni surgawi.
Kota tradisional pada umumnya dibangun dari elemen elemen berikut; pusat (kosmologi, pemerintahan, ritual) sumbu – sumbu maya, gunung kosmis, pembagian ruang atas sakral dan profane, permukiman yang dikelompokkan atas gender, strata sosial dan sebagainya. Akibat perkembangan zaman, perkembangan permukiman tradisional, aturan agama dan sosial di geser oleh faktor teknologi dan ekonomi. Dari faktor teknologi dan ekonomi melahirkan konsep “ form follow function “, yaitu suatu konsep yang menitik beratkan suatu hasil desain atau perancangan dari segi fungsional, konsep tersebut nampaknya lebih praktis, lebih rasional dan fungsional, dengan motor teknologi membuahkan hasil yang nyata di beberapa negara maju.
Menurut Weber (1947) beberapa kreteria untuk merancang sebuah kota yaitu sebuah wilayah yang luas dimana habitat hidup bersama, sekumpulan rumah – rumah yang membentuk Aglomerasi yang luas dan spesifik, tempat berdagang dimana sebagian besar penduduknya hidup dari industri, sebuah organisasi ekonomi sekaligus pengaturan kota.
Berdasarkan pendekatan - pendekatan diatas Kus Handinoto membagi kota dalam empat elemen :
- Elemen wisma merupakan perpaduan antara wadah dan isi (manusia, penduduk).
- Elemen karya atau tempat kerja dan usaha diaplikasikan dalam bentuk tata guna lahan dan fungsi bangunan yang meliputi penggunaan lahan, kondisi lokasi, hubungan fisik, agrarian dan peraturan
- Elemen marga diaplikasikan dalam transpormasi dalam arti luas yang meliputi perhubungan darat, laut dan sungai serta udara.
- Elemen suka diaplikasikan dalam bentuk lapangan olah raga, sekolah, ibadah, kesehatan dan keperluan sehari – hari.
- Elemen lainnya adalah penyempurna yang terdiri dari saluran air minum, sampah, segala potensi yang ada dan hambatan, utilitas, fisik dan lain – lain
0 comment:
Posting Komentar